Selasa, 02 Desember 2014

Kebun Raya Cibodas


Karena saya ke sana hari selasa, 2 Desember 2014, kebun raya tidak ramai pengunjung. Jadi saya cukup menikmati suasana di sini. Sepertinya sudah menjadi rahasia umum bahwa di daerah Puncak saat ini terdapat banyak penduduk pendatang dari Timur Tengah, dan ketika saya ke kebun raya ini, hampir semua pengunjung yang saya lihat adalah orang-orang Timur Tengah. 




 Lapangan rumput yang luas dan bersih dengan air mancur di pusatnya, semua orang pasti tahu, karena jika kita brosing di internet dengan kata kunci Kebun raya cibodas, maka foto air mancur inilah yang akan tampil.

 
Cafe dari arah depan


Di dekat air mancur ini terdapat satu cafe, saya tidak singgah di cafe itu, jadi tidak ada gambaran mengenai menu dan harganya. Tapi sepertinya asik juga tempatnya.

 
Cafe tampak dari sisi yang lain


Seperti pada umumnya kebun raya, disini kita juga bisa temui pohon-pohon berdiameter besar. Taman bunga yang cantik. Banyaklah yang bisa dinikmati. Toilet umum juga bersih. 





Taman Jepang

Terdapat satu area yang dinamai taman jepang, selain bagus buat foto-foto, di situ terdapat semacam pancuran, airnya bening, bersih, enak buat rendam kaki. 





Guest house



Dan di dalam area kebun raya terdapat guest house atau semacam penginapan, namun saya tidak mencari tahu bagaimana reservasi dan biayanya.

Bagi yang baru pertama kali ke sini, seperti saya, mungkin bisa "tersesat", karena papan nama besar petunjuk arah dari jalan raya puncak bukanlah kebun raya cibodas, melainkan pangrango botanical garden/park, semacam itulah kata-katanya, saya lupa tepatnya apa. Akibatnya dari jalan raya yang seharusnya belok kanan, akhirnya terlewati. Kemudian saya bertanya ke penduduk setempat, dan harus putar balik arah. Bapak itu juga sempat bilang bahwa di petunjuk itu bukan tertulis kebun raya Cibodas, dan banyak orang "tertipu"
Papan petunjuknya besar sih, cuma aja- karena bukan "Cibodas" jadi bikin ragu...

Baru setelah memasuki jalan kecil, petunjuknya sudah jelas tertulis : Kebun Raya Cibodas

 


 



Seperti pada umumnya tempat wisata di indonesia, di bagian luar kebun raya, banyak terdapat toko oleh-oleh dan cemilan yang digoreng di tempat, sangat menyita perhatian untuk membelinya... hehe....



Sabtu, 29 November 2014

Kebun Raya Bogor


Setelah mampir "sejenak" di Taman Budaya Sentul, kami melanjutkan perjalanan ke Kebun Raya Bogor. Pas banget, sampai di kota Bogor, hujan turun ruar biasa lebat. Akhirnya kami berhenti di sisi Kebun Raya, berharap hujan reda.





Tidak lama memang, sekitar dua puluh menitan hujan berkurang, tidak reda, hanya gerimis saja. Kami memutuskan masuk ke KRB, di loket masuk petugas sudah memberi peringatan, jangan masuk terlalu jauh, dikuatirkan ada pohon tumbang akibat hujan deras tadi. Dari nada dan cara bicaranya, sebenarnya sudah terkesan bahwa kami dilarang masuk. Namun karena saya bilang ke petugas itu, bahwa kami hanya mau ke cafe saja, maka kami diijinkan masuk.
(catatan : kalau tidak salah - seminggu berselang, ada berita pohon tumbang di KRB dan ada korban jiwa di sana. Jadi menurut saya, memang sebaiknya tidak memasuki area KRB pada saat atau sesudah hujan deras.... Thank God...)


Keluarga besar... luv u all... muach... muach...

Cafe ini dulunya dikenal dengan nama Cafe Dedaunan, namun entah bagaimana ceritanya, sekarang berganti nama, dan sepertinya belum "serius" mengelolanya, yang penting  pelayanan tidak mengecewakan dan tidak terlalu lama menunggu.
Makanan dan minumannya standar saja. Tapi okelah kalau untuk sekedar ngobrol entah berdua atau beramai-ramai, karena suasana restonya asik juga.


gadis penjual payung... hahaha...


Bagian depan cafe, bisa nongkrong outdoor juga



patung-patung setinggi manusia bagus-bagus











view yang bagus dari cafe









Taman Budaya Sentul, Bogor


 
Sebetulnya tujuan kami hari ini adalah Kebun Raya Bogor, karena kuatir bosan terlalu lama di KRB, iseng iseng saya brosing cari tempat main sekitar Bogor, targetnya Sentul City. Dapatlah Taman Budaya Sentul. Namun ulasan mengenai tempat ini di internet, tidak banyak. Foto foto juga tidak banyak, beberapa orang yang membuat ulasan, memuat foto yang "hampir" sama. 
Jadi, karena penasaran, kami mampir ke sana.


lapangan rumput yang luas




Lobby Taman Budaya


   




Papan petunjuk arena











Menurut saya, konsep "budaya" di taman ini, justru kurang begitu menonjol. Meskipun memang ada. Di taman ini ada fasilitas belajar membuat kerajinan tanah liat/keramik, penjualan batu perhiasan, penjualan batik dsb.







Belajar kerajinan tanah liat


Toko batik

Toko Batu Manikam


Angklung extra besar


Tamannya terawat cantik. Ada dua resto dan warung-warung kecil, cukup buat kita menikmati makan siang atau sekedar snack. Beberapa keluarga yang berkunjung di sana, saya lihat membawa makanan dari rumah dan disantap di bangku-bangku taman. 
Asik juga sih....



Foodcourt




Karena taman runputnya sangat luas ditambah dengan arena bermain anak-anak dan flying fox, sepertinya lebih cocok untuk acara family gathering, outing atau team building.




Becak mini dan sepeda disewakan




 



semacam "pintu masuk" menuju resto dan foodcourt

















Taman Budaya ini juga terhubung dengan  Hotel Neo Aston. Bagi yang tidak jeli, pasti merasa ragu-ragu untuk memasuki area hotel, padahal dari tempat parkir hotel, kita bisa jalan kaki ke area outbond taman budaya.


 

Dari area parkir hotel, Taman Budaya juga belum "kelihatan" karena posisinya di sebelah kiri setelah pintu masuk dan harus berjalan kira-kira 20 meter, barulah kita sampai di Taman Budaya.






Pintu Masuk Hotel Neo Aston, Taman Budaya bisa diakses dari sini

Sabtu, 07 Juni 2014

Jalan jalan ke Cirebon


Hari ini saya bersama tante dan seorang sepupu ke Cirebon buat jenguk oom saya yang menderita sakit dan sedang dirawat di rumah. Saya berusaha cari info dari teman-teman kantor yang sering ke Cirebon atau memang tinggal di Cirebon, dan infonya kondisi jalan propinsi menuju ke Cirebon rusak parah. Jadi kami putuskan naik kereta api aja. 
Alhasil kami naik kereta dari Stasiun Senen, berangkat jam 07.30 pagi, hampir ketinggalan kereta. hahaha...! begitu duduk, kereta begerak... Ampyuunn... Salah prediksi waktu tempuh dari Bekasi plus macet di perempatan Senen.
Perjalanan ditempuh sekitar 3,5 jam. Oh ya, kami naik kereta ekonomi, tapi nyaman kok. Cuma lucu aja, AC-nya bukan AC central, tapi AC split yang kaya kita punya di rumah..

Penanda Stasiun Cirebon



Stasiun bersih terawat, toilet juga bersih

Karena kami tiba sudah menjelang makan siang, sekeluar kami dari stasiun, langsung mampir ke warung paling dekat. Namanya Warung SR (kaya nama saya, hahahaha...!)
Empal gentongnya enak, ga perlu makan di resto bermerk, disini juga udah oke...


Lokasi di pintu keluar stasiun, empal gentongnya OK loh..

Setelah makan, kami yang tidak pernah ke Cirebon sebelumnya, rada binun juga mau ke kota naik apa, ke rumah oom naik apa. Sambil mikir, sambil ngobrol, kami jalan aja keluar area stasiun. Eh, ada lokomotif nganggur, udah deh, kita foto dulu... hehe...


Si Tante & Lokomotif, judulnya...

Mumpung ke Cirebon, saya bilang - bagusnya kita ke Batik Trusmi aja, yang terkenal di Cirebon. Karena ketidaktahuan, dan hasil nanya ke tukang becak, kami naik angkot, panasnya Cirebon, ambooiiii...  trus sampe kota ganti angkot lagi menuju Batik Trusmi, itu pun saya pikir kami ditipu juga sama sopir angkot. 

Jadi buat teman-teman yang mau ke sana, saran saya, naik taxi aja, apalagi kalo perginya 4 atau 5 orang, tapi jangan ambil taxi di area stasiun, carinya harus di luar, biar ga di-palakin..


Grosir ini yang konon kabarnya paling besar

Sesampai di toko, kami langsung berpencar hunting kebutuhan masing-masing. Pilihan begitu banyak, duit begitu terbatas, jadi pusing. Hehe... Busana yang dijual bukan cuma buatan Cirebon, yang saya beli justru buatan Jogja
Dari segi harga, anda akan dapat sesuai dengan yang anda bayar. Artinya, yang bagus dan motifnya jarang keliatan di jalan, pasti mahal, tapi kalau yang motifnya sering kita liat, biasanya murah. Jadi, tergantung selera dan kebutuhan.


Penanda toko



sampai-sampai harus disediakan atm, in case kalo pengunjung sampe keabisan duit


Suasana di dalam toko, lumayanlah, sejuk, pake AC...



Barang-barang lain selain busana juga ada di toko ini



Hand body lotion, lulur, sabun mandi

Setelah puas berbelanja, kami ke rumah Oom dengan taxi, kita bisa minta bantuan bagian informasi toko untuk menelpon perusahaan taxi. Sepertinya oke, ternyata kami harus tunggu sekitar satu jam, karena taxi di sana tidak banyak, begitu kata sopirnya. 

Dari rumah Oom saya, sekitar jam 5 sore, oom sarankan kami makan dulu di kota, makanan asli Cirebon. Warung Nasi Jamblang Mang Dull rekomendasi beliau. Lokasinya di jalan Kartini. Ternyata benar, cucok deh makan disini, tidak mahal pula.


Si tante lagi pilih masakan

Setelah makan, kami naik becak ke stasiun, tidak jauh, bayar 20.000. Kereta kami berangkat jam 8.30 malam, kereta ekonomi, bersih dan bagus. Di ruang tunggu stasiun, kami bertemu banyak ibu-ibu, yang travelling-nya sama seperti kami, pergi pagi pulang malam, beda mereka dengan kami adalah mereka ke Cirebon hanya untuk shopping.
Dengan tiket kereta pergi pulang sekitar 200.000, kami cukup puas jalan-jalan ke Cirebon, tapi masih banyak spot yang belum saya datangi, jadi kesimpulannya - saya harus pergi lagi. One day..



Wajah depan stasiun Cirebon



Sepi...



Kereta ekonomi, yang ini AC central, dingin banget, karena kereta ini rutenya dari Jawa Timur