Senin, 28 Desember 2015

Gardens by the bay, Singapore


Puji Tuhan, saya diberi kesempatan bepergian ke Singapura pada masa-masa Natal, dimana umumnya tiket pesawat dan biaya penginapan diatas rata-rata harga normal.
Karena saya beli tiket dan pesan hotel sejak bulan September, harga-harga belum melonjak meskipun sudah diatas harga normal, ditambah lagi kurs Sin $ yang mencapai Rp. 10.000. Tiket pesawat saya dapat sekitar Rp. 1,5 juta return, dan hotel sekitar Rp. 1jutaan

Tujuan utama saya kali ini adalah Gardens By the Bay (saya singkat GBB). Terakhir kali saya ke Singapore, GBB sedang tahap pembangunan.


Untuk memasuki area GBB setelah turun MRT jalur kuning di stasiun Bayfront, ikuti petunjuk, jalan kaki melewati underground link.  Setelah keluar underground dan tiba di area depan GBB, saya putuskan untuk membeli tiket shuttle service seharga S$3/orang tanpa batasan, bisa berkali-kali naik. Kaki saya sudah tidak "mendukung" karena hari sebelumnya sudah terlalu lelah berjalan dan berdiri antri di Universal Studio.

Dengan mobil shuttle service, kita langsung diantar ke gedung konservatori. Saya sarankan, setelah beli tiket shuttle service, jangan langsung antri di haltenya. Tinggalkan area situ, berjalanlah ke seberang, menuju Dragonfly & Kingfisher Lake. Foto-foto sejenak, balik lagi ke halte. Saya tidak melakukan ini.... Akhirnya motretnya udah gelap, itupun dari ketinggian



Tiket masuk konservatori saya beli online di website www.gardensbythebay.com seharga S$28 per orang, sudah paket 2 konservatori. Kalau beli di tempat, tempat yang sama beli tiket shuttle sevice, bisa beli satuan.

Di dalam konservatori dingin sekali terutama di Cloud Forest, yang ada air terjun raksasa.  Saya kagum dengan cara mereka membuat site ini dan kreatifitasnya. Memang megah, namun menurut saya tempat ini hanya menjadi tempat untuk berfoto. Kecuali jika kita adalah peneliti atau pengamat  atau sekedar penyuka tanaman, akan sangat berbeda apa yang kita dapatkan dari mengunjungi tempat ini.


Air terjunnya menurut saya juga biasa saja, seolah pancuran air dari pipa dengan ketinggian 35 meter. Yiiaaa, namanya juga indoor waterfall..


Dan bagi warga Singapura, yang hobi jalan kaki, GBB merupakan tempat yang baik untuk olah raga, entah jalan kaki atau jogging di luar konservatori. Jalan kaki di dalam Cloud Forest lumayan bikin pegel. Meskipun tidak berkeringat, jalurnya sangat panjang.














Di Flowers Dome, lebih menarik (baca : lebih bagus buat foto) karena banyak bunga bermekaran. Aneka rupa, aneka warna. Cantik sekali. Penataan bunga disesuaikan dengan perayaan keagamaan atau budaya.












Hanya di konservatori Cloud Forest dan Flower Dome saja yang harus bayar. Sedangkan taman di luar, di sekitarnya, gratis, yang terdiri dari : Bay East Garden, SuperTree Grove, Sun Pavillion,  Heritage Gardens, World of Plants. Bahkan saya sendiri tidak terlalu perhatikan saya sedang berada di taman yang mana. Mungkin karena luasnya, dan sepertinya saya tidak menjelajahi semua area GBB ini .










Yang paling menarik dan paling "menonjol" tentu saja adalah Supertree, pohon artifisial tinggi besar berwarna ungu, yang selalu "tampil" di dunia maya. Untungnya di area ini termasuk yang gratis.





Saat malam hari lampu-lampunya cantik sekali


Terdapat "jembatan" yang menghubungkan pohon pohon ini yang disebut OCBC Skyway, tapi harus bayar S$5 untuk ke situ.



 Kalau lapar mendesak, di dekat Supertree tersedia foodcourt. Jangan kuatir.


 


Bagaimanapun juga salut buat Singapura


Sands Skypark, Marina Bay Sands, Singapore


Penasaran. Begitulah yang ada di benak saya tentang Sands Skypark di Marina Bay Sands ini. Selain karena letaknya di hotel terkenal, tergolong baru, mewah pula, juga karena saya lihat gambar-gambar di internet, kliatannya sih asik. 





Untuk penghuni hotel, gratis ke skypark dan tentu saja bisa ke kolam renangnya yang wow itu juga,sedangkan untuk umum harus bayar S$ 23 tapi tidak bisa akses ke kolam renang. Mahal buat ukuran kantong saya, cuma buat foto-foto di langit. Hehe..
Tiket ke skypark dibeli di bagian luar hotel, di samping pintu keluar tower 3, yaitu arah Helix Bridge. Menuju  loket tiket kita harus turun ke basement B1.



Sekeluar dari lift, sebelum memasuki area skypark, pengunjung diambil fotonya, nantinya foto akan dicetak dengan background skypark. Foto dihargai S$50. Saya menolak membeli. Maaf saja, hampir 500ribu rupiah untuk satu foto, saya pikir tidak worth-lah. Sales personnya juga sedikit "memaksa" saya untuk beli. Saya cuma say sorry...



Foto-foto yang saya ambil dengan hape andalan ini terasa tidak maksimal karena saat saya tiba, gerimis sudah mulai turun, padahal waktu di lantai dasar sebelum naik, cuaca cukup cerah. Buru-buru aja fotonya, sebelum deras. Langit sudah sangat gelap. Memang harus diperhatikan faktor cuaca, kalau hujan, kita tidak bisa kemana-mana, tidak ada tempat berteduh, selain keluar dari skypark dan turun ke hotel. Skypark ada di lantai 57 hotel MBS.



Menurut saya, sebetulnya sama saja situasi skypark ini dengan rooftop lain. Di sini lantai memakai kayu, mungkin untuk mengurangi suhu panas saat siang hari. Pemandangan yang kita dapat adalah Singapore Flyer,  Merlion Park dan Gardens by the bay. Ada semacam cafe sekedar untuk minum ringan, dan ada pula resto bagusnya, saya tidak perhatikan namany, dan apakah pengunjung bisa akses ke resto -resto di sini, meskipun berada di tempatvyang sama. Sepertinya sih harus reservasi dulu..



Bagaimana pun juga saya yakin masih banyak orang yang penasaran, ingin tahu. 
Okelah, boleh datang... #janganliatharganya#



 

Sabtu, 31 Oktober 2015

Museum Linggarjati, Kuningan



Kami beramai-ramai bepergian ke Kuningan dan Cirebon di akhir pekan, targetnya sebetulnya cuma ingin relaks di "tempat" yang sejuk dan dilanjut wisata kuliner. Tapi karena banyak diantara kami yang belum pernah tahu Linggarjati, maka panitia "menyelipkan" acara mampir ke museum Linggarjati.


  Museum tidak ramai pengunjung. Boleh dibilang sepi, mungkin justru lebih ramai di weekdays, waktu para pelajar berkunjung. Study tour maksud saya... 

Saya perhatikan - pengunjungnya kebanyakan orang-orang tua. Museum di Indonesia memang belum menjadi tempat kunjungan yang menarik.



  Museum ini masih asli seperti saat diselenggarakannya perjanjian Linggarjati.






  Terdapat diorama yang menjelaskan situasi saat berlangsungnya perjanjian tsb.



Perabot yang ada juga masih asli yang dipakai masa itu, termasuk kamar tidur.



Buat saya pribadi, saya merasa "tidak nyaman" waktu memasuki kamar tidurnya. Entah kenapa. Hehe...






Lingkungan di sekitar museum ini dirawat cukup baik dan bersih.






Banyak terdapat gambar-gambar bapak bangsa, bapak Soekarno





Yang berikut ini yang paling saya suka. 
"Pro atau Contra, tetap bersatu, hindarkanlah perang saudara"



Menurut saya, perlu lebih banyak guide yang menemani para tamu yang menjelaskan kejadian seputar perjanjian termasuk fungsi ruangan-ruangan situ.

Tetapi, bagaimanapun juga saya bersyukur dan beruntung mendapat kesempatan datang ke site ini. Merasakan sendiri sejarah seolah yang sesungguhnya.





Minggu, 30 Agustus 2015

Pantai Pasir Putih, Ujung Genteng, Sukabumi



Pantai ini dinamai Pasir Putih, mungkin karena pasirnya yang putih, dan belum ada nama "resminya". Sebetulnya pantai ini adalah " lanjutan" dari pantai Pangumbahan tempat penangkaran penyu. Hanya saja di Pangumbahan, akses menuju pantai dibatasi, dengan adanya penangkaran, dibatasi pagar dan harus bayar, meskipun hanya 10ribu saja.






Sedangkan untuk menuju pantai pasir putih ini memang belum ada akses pintu masuk yang layak. Harus melewati perkebunan warga, pintu masuk adalah lubang pagar penangkaran penyu. Bisa dilewati mobil, tapi sampai pada posisi paling jauh, mobil parkir, dan pengunjung berjalan kaki melewati semak-semak, barulah sampai di pantai.


akses jalan dari/ke pantai
 


Jalan belum memadai, semoga pengaspalan jalan yang sedang berlangsung dilanjutkan sampai ke pantai ini 


Melewati kebun paya... Ada yang panen loh.., tauk tuh kira-kira boleh dibeli engga
 


foto diatas dan foto di bawah ini saya ambil dalam perjalanan pulang, karena saat perjalanan pergi saya tidak "siap" memotret karena terlalu menikmati jalanan, takjub dan heran bercampur aduk. Hahaha...
 


Saya tidak bisa bayangkan, pada musim hujan apakah jalan ini bisa dilewati, entah penuh air atau becek sekali, tanah lengket.







Karena pantai masih perawan, pantai terlihat masih bersih, bentangan pantai juga cukup luas, yang aneh di sisi lain, terdapat semacam danau, air tidak "bergerak" dengan warna biru tua, yang menandakan kedalamannya. Sangat kontras dengan ombak di pantainya, yang sangat tinggi dan "penuh semangat" hehe...


"danau" tenang, berlawanan dengan sebrangnya, laut dengan ombak tinggi

Seperti yang saya  tulis  di postingan yang lain, pantai ini adalah pantai selatan jawa. Ombak sangat tidak bersahabat di masa-masa tertentu, sering terdengar berita pengunjung "hilang" terseret ombak.



Saat parkir pun warga sudah warning, jangan berenang, karena ombak besar. Dan saat memasuki pantai, sudah terpasang papan peringatan tentang korban meninggal yang baru saja terjadi. 

Saya pikir, kami tidak berenang atau snorkling seperti kalau kita berwisata di Kepulauan Seribu, kami hanya bermain-main air saja. Ternyata, setelah saya tunjukkan foto-foto ke beberapa teman, bahkan bermain air pun tidak  diperkenankan. Karena justru bahayanya adalah arus bawah alias arus baliknya. Berikut ini foto-foto kami, seru sih, tapi berbahaya...














Puji Tuhan, tidak ada kejadian buruk meskipun kami bermain air. Saran saya, untuk keselamatan, ikutilah saran dan petunjuk warga di sana, karena mereka lebih berpengalaman dan tahu lebih banyak dibanding kita.
Meskipun tidak berasa "asik" karena tidak bermain air, menurut saya, keselamatan adalah yang utama.