Minggu, 30 Agustus 2015

Pantai Pasir Putih, Ujung Genteng, Sukabumi



Pantai ini dinamai Pasir Putih, mungkin karena pasirnya yang putih, dan belum ada nama "resminya". Sebetulnya pantai ini adalah " lanjutan" dari pantai Pangumbahan tempat penangkaran penyu. Hanya saja di Pangumbahan, akses menuju pantai dibatasi, dengan adanya penangkaran, dibatasi pagar dan harus bayar, meskipun hanya 10ribu saja.






Sedangkan untuk menuju pantai pasir putih ini memang belum ada akses pintu masuk yang layak. Harus melewati perkebunan warga, pintu masuk adalah lubang pagar penangkaran penyu. Bisa dilewati mobil, tapi sampai pada posisi paling jauh, mobil parkir, dan pengunjung berjalan kaki melewati semak-semak, barulah sampai di pantai.


akses jalan dari/ke pantai
 


Jalan belum memadai, semoga pengaspalan jalan yang sedang berlangsung dilanjutkan sampai ke pantai ini 


Melewati kebun paya... Ada yang panen loh.., tauk tuh kira-kira boleh dibeli engga
 


foto diatas dan foto di bawah ini saya ambil dalam perjalanan pulang, karena saat perjalanan pergi saya tidak "siap" memotret karena terlalu menikmati jalanan, takjub dan heran bercampur aduk. Hahaha...
 


Saya tidak bisa bayangkan, pada musim hujan apakah jalan ini bisa dilewati, entah penuh air atau becek sekali, tanah lengket.







Karena pantai masih perawan, pantai terlihat masih bersih, bentangan pantai juga cukup luas, yang aneh di sisi lain, terdapat semacam danau, air tidak "bergerak" dengan warna biru tua, yang menandakan kedalamannya. Sangat kontras dengan ombak di pantainya, yang sangat tinggi dan "penuh semangat" hehe...


"danau" tenang, berlawanan dengan sebrangnya, laut dengan ombak tinggi

Seperti yang saya  tulis  di postingan yang lain, pantai ini adalah pantai selatan jawa. Ombak sangat tidak bersahabat di masa-masa tertentu, sering terdengar berita pengunjung "hilang" terseret ombak.



Saat parkir pun warga sudah warning, jangan berenang, karena ombak besar. Dan saat memasuki pantai, sudah terpasang papan peringatan tentang korban meninggal yang baru saja terjadi. 

Saya pikir, kami tidak berenang atau snorkling seperti kalau kita berwisata di Kepulauan Seribu, kami hanya bermain-main air saja. Ternyata, setelah saya tunjukkan foto-foto ke beberapa teman, bahkan bermain air pun tidak  diperkenankan. Karena justru bahayanya adalah arus bawah alias arus baliknya. Berikut ini foto-foto kami, seru sih, tapi berbahaya...














Puji Tuhan, tidak ada kejadian buruk meskipun kami bermain air. Saran saya, untuk keselamatan, ikutilah saran dan petunjuk warga di sana, karena mereka lebih berpengalaman dan tahu lebih banyak dibanding kita.
Meskipun tidak berasa "asik" karena tidak bermain air, menurut saya, keselamatan adalah yang utama.





Sabtu, 29 Agustus 2015

Penangkaran Penyu, Pangumbahan, Ujung Genteng, Sukabumi



 Setelah perjalanan yang melelahkan, kami tiba di Ujung Genteng. Petugas penginapan "menjemput" kami di toko swalayan Indomaret, dan membawa kami ke penginapan.
Sesampai di penginapan, kami hanya bongkar muatan dan buang air kecil. Kemudian bergegas naik mobil lagi menuju pantai tempat penangkaran penyu.



 Jam 5.20 sore kami tiba di depan loket penangkaran dan membayar 10rb per orang.
Petugas loket menyarankan kami segera ke pantai, karena jam 5.30 anak penyu alias tukik hasil penangkaran akan dilepas ke laut.
Turun dari mobil, kami semua berlarian menuju pantai, kuatir ketinggalan upacara wisuda para tukik.




pintu masuk menuju pantai






Keluarnya di sini nie

Disambut papan ini
 
Dan memang benar, kami foto-foto sebentar, tiba-tiba terdengar informasi via speaker supaya pengunjung berkumpul karena upacara segera dimulai.
Seru sekali upacara ini.




berkumpul menunggu waktu upacara wisuda




  Acara yang awalnya tidak ada di agenda kami, dan baru kami ketahui dari petugas hotel saat menjemput kami.
Rasa lelah kami cukup terobati dengan melihat bayi-bayi penyu yang lucu, berjuang, berlari menuju laut.
Semoga mereka semua selamat sampai dewasa.


Berjuang menuju pantai dan masih harus berjuang untuk hidup


Perjalanan menuju pantai Pangumbahan ini memang belum bagus, masih berbatu, tanpa aspal, kemungkinan pengaspalan tidak hanya berhenti di area penginapan saja.  Semoga saja.




Setelah upacara selesai, kami juga hanya bisa foto-foto sebentar, ber-sunset ria. Petugas sudah mengusir kami dari pantai, karena hari sudah gelap, pantai tanpa penerangan dan ombak juga sedang kurang bersahabat.
Jadi demi keselamatan kami kembali ke penginapan.









Di penginapan kami pun bergilir mandi. Saya sendiri duduk-duduk saja di teras penginapan, yang lain sudah buka lapak buat main kartu, sambil menunggu giliran mandi.
Angin dingin bertiup kencang, heran juga saya, karena biasanya di pantai berasa gerah, sesekali saja berasa angin lewat. Di sini selain angin kencang terus menerus, hawanya juga dingin, badan tidak berkeringat dan berasa lengket.  Seingat saya di Anyer pun tidak sedingin ini dan yang pasti tidak terlihat nyamuk.
Meskipun tidur tanpa AC, kami tidak kegerahan, apa ini tergantung musim, atau memang sepanjang tahun selalu dingin, saya tidak tahu.

Ombak memang tinggi






Kami pesan makan malam di penginapan, keinginan sih cumi, udang, ikan, dkk, tapi karena ombak sedang tidak bersahabat, nelayan tidak ada yang melaut. Istilah petugas penginapan dibilangnya, lagi tidak musim ikan, adanya cuma kembung....
Baiklah... Kami pesan bakar 12 biji plus tumis kangkung. 

makan malam di sini, bagian depan penginapan


Begitu tiba saat makan malam, kami berkumpul di saung di bagian depan penginapan. Ternyata itu ikan, bukan ukuran normal seperti di Bekasi, sebiji bisa buat berdua, terutama untuk para perempuan. Akibatnya, masih tersisa beberapa karena sebagian dari kami berbagi ikan, padahal awalnya satu ikan untuk satu orang.


Dikarenakan pantai sepi, seperti yang saya tulis sebelumnya, pada malam hari tidak ada aktifitas di luar penginapan. Jadi teman-teman lanjut main kartu, sebagian duduk-duduk ngobrol aja. Sedangkan saya... ? Menikmati "bintang" sajalaahh....





Ujung Genteng, Sukabumi




Pantai di depan penginapan

Secara umum pantai di sini biasa saja, ombaknya besar karena posisinya sebagai laut selatan. Kondisi jalanan masih perlu ditingkatkan. Saat saya ke sini, jalan akses menuju penginapan dan pantai sedang di-aspal hotmix. 

Meskipun penduduk lokal banyak di sekitar pantai dan penginapan, tapi tidak terlihat banyak toko-toko atau pasar atau warung-warung makan seperti di Pangandaran atau Anyer atau bahkan Kuta-Bali yang ekstrim. Bahkan pedagang asongan pun tidak ada.

Makan malam kami beli di penginapan, untuk sarapan kami bawa mie instan dan minta tolong karyawan penginapan untuk memasaknya. 
  
  
Memasuki kawasan pantai

yang lebih menarik justru adalah tempat penangkaran penyu-nya, kira-kira 10 menit perjalanan dengan mobil dari penginapan, dan agak menjauh lagi dari penangkaran penyu - warga menyebutnya pantai pasir putih. Hanya saja kalau ombak sedang tidak bersahabat pengunjung diminta untuk tidak bermain air, sangat berbahaya, karena arus bawah yang kuat

penginapan kami
 
sewa 3 kamar non AC, 2 bed + 1 bed + 2 bed masing-masing dgn kamar mandi dalam

Setiap kali saya diajak main ke daerah Sukabumi, biasanya saya enggan menanggapi. Tapi seringkali rasa sungkan alias tidak enak hati sama teman akhirnya mengalahkan keengganan saya. Penyakit kronis perjalanan ke Sukabumi adalah kemacetan yang sampai saat saya ke Ujung Genteng kali ini, macet masih parah.

makan siang setelah melewati kemacetan

 Bagi yang sering arung jeram di Sukabumi di sungai Citarik atau Citatih, pasti "hafal" kondisi ini. Di sepanjang jalan ada beberapa pasar yang dilewati, dan kemacetan disebabkan oleh angkot yang berhenti sembarangan, kadang-kadang putar balik bahkan, ada pula orang lalu lalang, menyeberang di mana saja tempat. Dan jalan raya yang tidak terlalu lebar, kita harus berhadapan dengan truk besar atau container, seperti kita tahu, banyak sekali perusahaan garmen dan minuman di sini. Parahnya, kali ini ada beberapa ruas jalan sedang dibeton, dan diberlakukan pola buka tutup. 

Kami berangkat dari Cikarang sekitar jam 7 pagi dan tiba di Ujung Genteng jam 5 sore. 10 jam saja.....
Kalau berangkat lebih pagi, mungkin sedikit mengurangi waktu tempuh, dan ambillah jalur alternatif Sukabumi untuk menghindari pasar. Kami tidak melalui jalur ini karena mobil besar sepertinya tidak bisa melewati jalur tsb. 

pos pembayaran retribusi masuk kawasan Ujung Genteng


Memasuki kawasan Ujung Genteng wajib bayar
  
pagi hari sebelum sarapan tanpa mandi


di seberang penginapan

Banyak batu karang

akses menuju pantai dari penginapan
  
 
dari halaman penginapan, sedikit terlihat pantai di latar belakang

Perjalanan sejak keluar tol Jagorawi dinikmati dengan kemacetan. Sedangkan dari Sukabumi sampai Ujung Genteng bukan perjalanan yang "mudah" juga. Melewati bukit mungkin gunung, berkelok-kelok, sehingga kecepatan mobil berkisar 40 km/jam, jalan sempit juga. Beberapa teman sampai-sampai mabuk perjalanan karena kondisi ini. Ini juga yang menyebabkan lamanya waktu tempuh ke Ujung Genteng. Tapi yaaaaahh.... dinikmati saja...

 
Dalam perjalanan melalui perkebunan teh, berhenti sejenak karena mabok

Diantara kami belum ada yang pernah ke Ujung Genteng. Penginapan yang kami pakai, kami temukan di internet, dan sesuai dengan gambarnya. Ternyata di sini sudah banyak penginapan yang modelnya seperti kontrakan pada umumnya, berderet beberapa kamar, tidak bertingkat. 

Berikut ini foto-foto penginapan dan nomer terlpon, saya memotret saat berkendara dari hotel menuju pantai pasir putih tempat penangkaran penyu, jadi ada yang "pas" ada yang miring.. hehe...


 
Peondok Wisata Pebi
  









 
OTW Pantai Pasir Putih,  Penangkaran Penyu Pangumbahan

 
ini yang mahal pastinya, bisa dibooking via agoda atau booking dot com