From 7am to 7pm, what to do in Tokyo, jilid - 4
Keluar dari stasiun Roppongi, hepi sekali saya, karena di depan pintu stasiun sudah tertulis jelas, Roppongi Hills dengan tanda panah ke kiri.
Dan tidak jauh, saya sudah sampai di area sekitaran Mori Arts Museum, cuma 270 meter.
Yang pertama terlihat oleh saya adalah peta Roku Roku Plaza, alias Plaza 66.
Sebelum galau melanda, saya masuk ke department store. Cari toilet. Karena saya tidak "menguasai medan", alangkah bijaknya kalau saya mpis dulu daripada terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Dan terbukti keputusan saya benar, karena antrian di Mori Arts Museum sangat panjang, sekitar satu jam saya berdiri dari tangga sampai loket penjualan tiket.
Patung Pak Maman, penghuni tetap Roppongi Hills |
Keluar dari toko saya perhatikan pergerakan orang. Tak disangka tak diduga saya lihat Roppongi Hills landmark, yaitu patung tarantula raksasa, yang dinamai Maman karya seorang seniman Perancis.
Saya pikir, berarti saya sudah berada di titik yang benar. Sekarang tinggal cari petunjuk Tokyo City View atau Mori Arts Center.
Saya utamakan spot yang tidak jauh dari stasiun kereta, sekali lagi karena semata-mata supaya efisien. Lebih bagus lagi kalau dalam waktu sesingkat ini bisa main ke sebanyak-banyaknya spot. Hahaha... maruk banget..
Nah, waktu itu pilihan saya ada dua, yaitu ke Odaiba dan Roponggi Hills. Nyatanya hati saya pilih Roppongi Hills.
Berdasarkan hasil brosing-brosing, untuk menikmati Tokyo skyline atau melihat Tokyo dari ketinggian, tidak hanya dari Tokyo City View ini saja.
Ada Tokyo Skytree. Ada juga Tokyo Metropolitan Building, namun sepengetahuan saya kedua tempat ini observation deck-nya tertutup. Artinya jika kita foto di siang hari, maka hanya akan terlihat siluet badan kita, karena cahaya dari luar lebih kuat. Jika foto di malam hari, biasanya hasilnya lebih banyak pantulan cahaya lampu di kacanya, dan sedikit tertangkap viewnya. Tapi ini pengalaman saya dengan kamera handphone ya.. Hasilnya tentu berbeda jika pakai kamera yang lebih "serius".
Nah, waktu itu pilihan saya ada dua, yaitu ke Odaiba dan Roponggi Hills. Nyatanya hati saya pilih Roppongi Hills.
Penampakan pintu masuk |
Berdasarkan hasil brosing-brosing, untuk menikmati Tokyo skyline atau melihat Tokyo dari ketinggian, tidak hanya dari Tokyo City View ini saja.
Ada Tokyo Skytree. Ada juga Tokyo Metropolitan Building, namun sepengetahuan saya kedua tempat ini observation deck-nya tertutup. Artinya jika kita foto di siang hari, maka hanya akan terlihat siluet badan kita, karena cahaya dari luar lebih kuat. Jika foto di malam hari, biasanya hasilnya lebih banyak pantulan cahaya lampu di kacanya, dan sedikit tertangkap viewnya. Tapi ini pengalaman saya dengan kamera handphone ya.. Hasilnya tentu berbeda jika pakai kamera yang lebih "serius".
Nah, di Mori Arts Center ini, observation deck-nya terbuka. Lebih asik-lah menurut saya. Hanya saja, sayangnya dari tepian "pagarnya" masih terlihat pipa-pipa dan besi-besi instalasinya gedung, sedikit "mengganggu" keindahahan pemandangan. Lama-lama saya pikir, oh iya.. mungkin pengelolanya kuatir tempat ini dipakai buat bunuh diri... Mungkin ya...
Satu lagi, menurut saya, tempat ini terkesan agak dipaksakan untuk dijadikan tourist spot, karena akses menuju deck-nya, saat kita sudah berada di lantai paling atas, kita akan melewati semacam instalasi pendingin udara, sepertinya, karena banyak ducting disitu.
Untuk alasan keamanan, tongsis maupun tripod dilarang. Disediakan locker dengan coin untuk menyimpan barang bawaan kita.
Tokyo Tower warna merah di kejauhan |
Satu lagi, menurut saya, tempat ini terkesan agak dipaksakan untuk dijadikan tourist spot, karena akses menuju deck-nya, saat kita sudah berada di lantai paling atas, kita akan melewati semacam instalasi pendingin udara, sepertinya, karena banyak ducting disitu.
Untuk alasan keamanan, tongsis maupun tripod dilarang. Disediakan locker dengan coin untuk menyimpan barang bawaan kita.
Observation deck-nya tidak crowded, memang bukan favorite turis sih ya, dan jarang dibahas di blog-blog orang, salah satunya mungkin karena tiketnya mahal, yaotu JPY 1800 atau sekitar Rp. 220.000. Lagipula ke Roppongi tidak banyak yang bisa kita jelajahi, selain sky deck ini. Kecuali kalau kita adalah "penggiat malam" yang betah melek sampai pagi.
Informasi detail mengenai tempat ini bisa diakses di Roppongi_Hills
Silahkan check video singkat di roof top ini
Tapi secara keseluruhan tempat ini ok, selain observation deck-nya, pengunjung juga banyak yang datang untuk pameran seni. Ada cafenya juga. Tiket Tokyo City View sudah termasuk biaya ke Mori Arts Museum. Jadi untuk saya, nilai dua ratus ribu ini masih tergolong wajar.
Informasi detail mengenai tempat ini bisa diakses di Roppongi_Hills
Silahkan check video singkat di roof top ini
Tapi secara keseluruhan tempat ini ok, selain observation deck-nya, pengunjung juga banyak yang datang untuk pameran seni. Ada cafenya juga. Tiket Tokyo City View sudah termasuk biaya ke Mori Arts Museum. Jadi untuk saya, nilai dua ratus ribu ini masih tergolong wajar.
Hari ini sedang dipamerkan karya seniman Joana Vasconcelos dan seniman Indonesia, Heri Dono... Kerennn.... Hehe..
Mengenal seniman Heri Dono
Mengenal seniman Heri Dono
Berikut beberapa gambar tentang pameran seni di Mori Art Museum
Video di salah satu ruangan pameran, maaf kusem videonya, hapenya ga mampu soalnya... hahaha...
Pameran perhiasan Bvlgari
Menjelang gelap, suasananya lebih asik, viewnya juga cantik |
Teman baru ketemu saat antri tiket, si mas orang jakarta |
Sekitar jam 7 malam, saya meninggalkan Roponggi Hills, naik Hibiya Line lagi, turun di Ebisu Station, lanjut dengan Yamanote Line turun di Osaki station, dan kembali ke New Otani Inn ambil koper, trus beli makan dan susu di Seven Eleven, lanjut lagi ke bandara Haneda. Waktunya pulang kampung....
Mata Aimashou Tokyoooo...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar