Pantai ini dinamai Pasir Putih, mungkin karena pasirnya yang putih, dan belum ada nama "resminya". Sebetulnya pantai ini adalah " lanjutan" dari pantai Pangumbahan tempat penangkaran penyu. Hanya saja di Pangumbahan, akses menuju pantai dibatasi, dengan adanya penangkaran, dibatasi pagar dan harus bayar, meskipun hanya 10ribu saja.
Sedangkan untuk menuju pantai pasir putih ini memang belum ada akses pintu masuk yang layak. Harus melewati perkebunan warga, pintu masuk adalah lubang pagar penangkaran penyu. Bisa dilewati mobil, tapi sampai pada posisi paling jauh, mobil parkir, dan pengunjung berjalan kaki melewati semak-semak, barulah sampai di pantai.
foto diatas dan foto di bawah ini saya ambil dalam perjalanan pulang, karena saat perjalanan pergi saya tidak "siap" memotret karena terlalu menikmati jalanan, takjub dan heran bercampur aduk. Hahaha...
akses jalan dari/ke pantai |
Jalan belum memadai, semoga pengaspalan jalan yang sedang berlangsung dilanjutkan sampai ke pantai ini
Melewati kebun paya... Ada yang panen loh.., tauk tuh kira-kira boleh dibeli engga |
foto diatas dan foto di bawah ini saya ambil dalam perjalanan pulang, karena saat perjalanan pergi saya tidak "siap" memotret karena terlalu menikmati jalanan, takjub dan heran bercampur aduk. Hahaha...
Saya tidak bisa bayangkan, pada musim hujan apakah jalan ini bisa dilewati, entah penuh air atau becek sekali, tanah lengket.
Karena pantai masih perawan, pantai terlihat masih bersih, bentangan pantai juga cukup luas, yang aneh di sisi lain, terdapat semacam danau, air tidak "bergerak" dengan warna biru tua, yang menandakan kedalamannya. Sangat kontras dengan ombak di pantainya, yang sangat tinggi dan "penuh semangat" hehe...
"danau" tenang, berlawanan dengan sebrangnya, laut dengan ombak tinggi |
Seperti yang saya tulis di postingan yang lain, pantai ini adalah pantai selatan jawa. Ombak sangat tidak bersahabat di masa-masa tertentu, sering terdengar berita pengunjung "hilang" terseret ombak.
Saat parkir pun warga sudah warning, jangan berenang, karena ombak besar. Dan saat memasuki pantai, sudah terpasang papan peringatan tentang korban meninggal yang baru saja terjadi.
Saya pikir, kami tidak berenang atau snorkling seperti kalau kita berwisata di Kepulauan Seribu, kami hanya bermain-main air saja. Ternyata, setelah saya tunjukkan foto-foto ke beberapa teman, bahkan bermain air pun tidak diperkenankan. Karena justru bahayanya adalah arus bawah alias arus baliknya. Berikut ini foto-foto kami, seru sih, tapi berbahaya...
Puji Tuhan, tidak ada kejadian buruk meskipun kami bermain air. Saran saya, untuk keselamatan, ikutilah saran dan petunjuk warga di sana, karena mereka lebih berpengalaman dan tahu lebih banyak dibanding kita.