Semalam saya menuju Kyoto dari Kanazawa Station dengan Thunderbird
shinkanzen hanya 2,5 jam saja, dan tiba di Kyoto Station jam 21.00 waktu
setempat. Biaya normal shinkanzen-nya sebesar JPY 7,100, saya pakai JR-Pass,
jadi tidak bayar lagi. Tapi ingat, JR-Pass saya beli di Indonesia sekitar Rp.
3,8 juta (harga resminya JPY 29,110 x kurs Rp. 130).
Berikut ini tiket shinkansen saya, yang sebelah kanan, keberangkatan November 17, Kanazawa jam 18:42 - Kyoto jam 20:54. Gerbong 4 seat number 10B.
Cara membeli tiket shinkanzen dan pemakaian JR Pass saya share di bagian lain.
Cara membeli tiket shinkanzen dan pemakaian JR Pass saya share di bagian lain.
Dari Kyoto Station, kami
mampir makan malam dulu di Sukiya Karasuma Shichijo, restaurant waralaba local,
harganya ramah dompet, sekitar JPY 600 seporsi. Kebetulan lokasinya searah
dengan lokasi Backpackers Hostel K’s House Kyoto.
Map berikut kurang detail, karena zooming-nya disesuaikan supaya terlihat tiga tempat, yaitu Kyoto Station - Sukiya - K's House
Map berikut kurang detail, karena zooming-nya disesuaikan supaya terlihat tiga tempat, yaitu Kyoto Station - Sukiya - K's House
Sesampai di hostel, check in, masuk kamar, mandi, tidur…
Public area di K's House, merangkap ruang makan |
Paginya, kami berjalan kaki menuju halte bus, kurang dari sepuluh menitan
jalan kaki, tidak jauh. Haltenya bersebelahan dengan Exit 2, Shichijo Station,
Keihan Main Line, dan diseberang halte ada warung Mc Donald. Mantap…
Nama haltenya Nanajo Keihan-mae Bus Stop , begitu yang tertulis di google maps.
Kalau dilihat dari diagram diatas, ada empat bis yang melewati Kiyomizudera yaitu halte Gojozaka.
Nama haltenya Nanajo Keihan-mae Bus Stop , begitu yang tertulis di google maps.
Kalau dilihat dari diagram diatas, ada empat bis yang melewati Kiyomizudera yaitu halte Gojozaka.
Di halte
ini kami menunggu tourist bus No. 100 karena yang paling duluan dan turun di Gojozaka Bus Stop, dalam bis
ada infonya. Bayarnya JPY 230 cash, karena saya tidak punya kartu Suica/Pasmo.
FYI, bus No. 100 adalah salah satu bus khusus tourist, namanya Raku Bus.
Nah, turun dari bis, kita harus menyeberang jalan, lanjut terus jalan kaki sampai temple, jalannya menanjak. Pagi-pagi sudah hampir putus nafas saya, karena tidak biasa berolah-raga, paru-parunya berasa "sempit”… hehe…
Mengenai Kyoto tourist bus, bisa dibaca di www.japanvisitor.com/raku-bus
FYI, bus No. 100 adalah salah satu bus khusus tourist, namanya Raku Bus.
Nah, turun dari bis, kita harus menyeberang jalan, lanjut terus jalan kaki sampai temple, jalannya menanjak. Pagi-pagi sudah hampir putus nafas saya, karena tidak biasa berolah-raga, paru-parunya berasa "sempit”… hehe…
Mengenai Kyoto tourist bus, bisa dibaca di www.japanvisitor.com/raku-bus
Mendekati area temple, kami melewati Sannenzaka, terpaksa foto-foto
dulu, hehe... mumpung masih sepi. Sekedar info juga, kami keluar hotel sekitar jam 7an. Sengaja pagi
banget, sebelum temple-nya crowded.
Kalau mau bersabar menunggu, sedikit berkorban waktu juga, akhirnya jalanan kosong. Jalan ini semakin siang semakin padat. Jadi datanglah lebih pagi, biar bisa foto cantik.
Setelah Sannenzaka, jalan semakin menyempit, dan terdapat toko-toko sepanjang kiri dan kanan jalan. Tapi semuanya masih tutup.
Sesampai di temple, masih sepi juga, belum terlihat rombongan turis, apalagi turis dari China, yang paling banyak, hanya ada beberapa kelompok kecil turis, jadi tidak terlalu mengganggu aktivitas foto kami. Hahaha…
Kalau mau bersabar menunggu, sedikit berkorban waktu juga, akhirnya jalanan kosong. Jalan ini semakin siang semakin padat. Jadi datanglah lebih pagi, biar bisa foto cantik.
Setelah Sannenzaka, jalan semakin menyempit, dan terdapat toko-toko sepanjang kiri dan kanan jalan. Tapi semuanya masih tutup.
Sesampai di temple, masih sepi juga, belum terlihat rombongan turis, apalagi turis dari China, yang paling banyak, hanya ada beberapa kelompok kecil turis, jadi tidak terlalu mengganggu aktivitas foto kami. Hahaha…
Setelah puas foto-foto di area pintu masuk, kami memasuki area temple.
Informasi mengenai temple ini, bisa dilihat di website www.japan-guide.com/Kiyomizudera_Temple
Sayang sekali saat ini temple sedang direnovasi, dan menurut info resmi di website, renovasi berlangsung sampai bulan Maret 2020.
Main-hall-nya justru tertutup terpal dan tiang-tiang penyangga, jadi yaaa.. tidak
bisa foto seperti orang-orang yang di internet itu… sedih… Sekedar lewat untuk
sekedar tahu saja.
Tiket masuknya seharga JPY 400.
Namun entah kenapa saya tidak beli tiket masuk, dan petugas yang berjaga di depan pintu juga tidak meminta, apakah karena masih pagi atau karena sedang renovasi, jadi area utamanya, yang semestinya berbayar, tidak bisa diakses, sehingga tidak dipungut tiket masuk. Tidak jelas sih..
Meskipun demikian, pihak temple masih melayani kegiatan keagamaan di sini.
Kami melanjutkan jalan ke arah keluar.
Ada juga saya lihat jalanan kecil menanjak, tapi saya tidak memasukinya.
Sepertinya ada warung dan toko souvenir di situ.
Sepertinya ada warung dan toko souvenir di situ.
Kemudian kami sampai
di area air suci, Otowa Waterfall.
Air terjun yang terpisah menjadi tiga bagian, percaya – tidak percaya, boleh diminum airnya.
Disediakan semacam cangkir dengan tangkai panjang. Tempat penyimpanan cangkir dilengkapi dengan UV-Lamp. Mungkin maksudnya supaya hygienis ya. Tapi saya tetap “tidak percaya kehygienisannya”. Jadi sekedar untuk kepentingan foto, saya hanya mendekatkan cangkir itu ke wajah saya. Teman saya yang di depan air terjun, mengabadikannya.
Masing-masing pancuran menawarkan panjang umur - sukses dalam studi - dan kehidupan asmara yang baik. Kita harus pilih salah satu, jika minum dari semua pancuran, serakah namanya...
Cerita tentang air terjun ini bisa dibaca di www.japan-guide.com/otowa_waterfall
Air terjun yang terpisah menjadi tiga bagian, percaya – tidak percaya, boleh diminum airnya.
Disediakan semacam cangkir dengan tangkai panjang. Tempat penyimpanan cangkir dilengkapi dengan UV-Lamp. Mungkin maksudnya supaya hygienis ya. Tapi saya tetap “tidak percaya kehygienisannya”. Jadi sekedar untuk kepentingan foto, saya hanya mendekatkan cangkir itu ke wajah saya. Teman saya yang di depan air terjun, mengabadikannya.
Masing-masing pancuran menawarkan panjang umur - sukses dalam studi - dan kehidupan asmara yang baik. Kita harus pilih salah satu, jika minum dari semua pancuran, serakah namanya...
Cerita tentang air terjun ini bisa dibaca di www.japan-guide.com/otowa_waterfall
Jalan kaki berlanjut lagi, tidak jelas arahnya, pokoknya ikuti jalan saja. Padahal kalau kita buka website resminya Kiyomizudera Temple, The Ground ada peta jelas mengenai masing-masing gedung dan petunjuk arahnya.
Buat saya, tidaklah penting kita harus melihat semua spot, yang penting saya mellihat spot utama, yang banyak dibicarakan orang atau banyak difoto. Biar tahu saja-lah… It’s better to see it once rather than hear about it thousand times.
Semasa musim gugur begini, cantik sekali taman di sekitaran temple. Daun maple warna merah mendominasi taman.
Di dalam juga ada warung-warung. Tapi karena masih pagi, mereka masih belum buka.
Pada akhirnya jalan sudah menunjukkan arah parkiran mobil, berarti kami
sudah di luar. Kali ini toko-toko sudah buka. Waduh.. toko souvenirs segala
macam, toko kue, toko ice cream. toko cemilan, toko topi, toko scarf. You name it, lengkap. Saya windows
shopping saja.
Lanjut jalan kaki, saya ambil arah jalan yang sama dengan kedatangan, hanya saja,
kali ini di Sannenzaka saya masuk lewat jalan itu. Kalau tadi pagi, saya hanya foto
di ujung jalan, trus kembali ke jalan utama ke temple.
Berikut ini penanda jalan di pertigaan jalan utama Kiyomizudera dengan Sannenzaka, dan sampai ke Kodaiji Temple. Atau mau naik kereta dari Kiyomizu-gojo Station milik Keihan Line (bukan JR Line)
Masih mengikuti
Sannenzaka dan lanjut menyusuri Ninnenzaka, kami jajan camilan kepiting, grilled crab stick, mantap
rasanya, mantap harganya.
Target saya selanjutnya adalah warung kopi Arabica.
Secara tak disangka dan tak diduga, kami “bertemu” dengan pagoda milik Hokanji Temple . Foto di jalan ini dengan latar belakang pagoda, sudah banyak saya lihat
di dunia maya.
Kemudian saya juga melewati Kongoji Temple, kalau kata gmaps tertulisnya :
“Buddhist temple with vibrant balls representing Kukurizaru, a monkey with
bound feet & hands”
Tampak juga memang patung Three Wise Monkey, yang bertingkah - no see – no hear
– no talk – yang artinya See No Evil, Hear No Evil and Talk No Evil.
Lokasinya via google map Kongoji Temple
Akhirnya sampailah saya di %Arabica Higashiyama. Di seberang Kongoji Temple sih. Warungnya kecil, kebanyakan beli untuk
take-away. Maaf, pelayannya tidak ada senyum, mungkin karena terlanjur terkenal.
Kopinya biasa saja, ditambah rasa hati yang gimana gitu, jadi yeaah..... gitu deh.
Setelah nyruput kopi sampai habis, saya berjalan kaki lagi, kali ini
tujuannya adalah Kodaiji Temple.
Catatan saya, selama di Kyoto, jalan kaki adalah lumrah, apalagi di daerah Higashiyama, semua spot turis tempatnya berdekatan.
Gemporrrr.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar