Jika di Jilid 1 saya jelaskan mengenai proses menuju Shirakawa-go, maka di
Jilid 2 ini saya akan sedikit membahas mengenai situasi di Shirakawa-go.
Saran- saya saat kita jalan-jalan ke Shirakawa-go, yaitu pesanlah tiket
pergi pulang sebelum keberangkatan, jika tidak menginap di sana, dan siapkan
kantong plastik untuk tempat sampah, karena di sana tidak ada tempat sampah.
Jika
tertarik dengan souvenirnya, jangan menunda beli, dengan harapan akan
membelinya di Tokyo, karena barang-barang tersebut tidak akan ditemukan di
Tokyo.
Ke Shirakawa-go saya tempuh dengan Nouhi bus yang sudah saya pesan via
online sebelum keberangkatan saya ke Jepang. Prosesnya mudah, website-nya juga
user friendly. Rute yang saya ambil adalah Tokyo – Kanazawa – Shirakawago –
Kanazawa – Kyoto
penampakan area observatory |
Tiba di terminal bis Shirakawa-go, saya mengambil peta di bagian informasi
di dalam terminal, yang menurut saya – tidak saya pakai, hahaha…
Dari terminal saya berjalan kaki menuju tempat nongkrong shuttle bus yang
akan membawa kita ke tempat observatory, tempat dimana kita bisa foto dengan
latar belakang pemandangan rumah-rumah asli penduduk setempat.
Di sisi kanan terlihat bangku dan roda, kemungkinan besar hasil fotonya lebih bagus kalau spotnya disitu, sayangnya, duduk dan foto disitu, kita harus bayar. Jadi.. yasudlah, kita melipir and mepet sisi kiri aja. Oke juga kok hasilnya
Di depan observatory ada toko souvenir, barangnya lucu-lucu, bolehlah ditengok. Ada warungnya juga di dalam.
Nah ... yang ini kurang paham saya, kenapa ada Hello Kitty nangkring disini, masih di area observatory juga. Tapi saya foto kok disitu.. hehe..
Setelah foto-foto
di observatory, saya berjalan kaki keliling kawasan situ. Meskipun tahu
beberapa rumah dipakai sebagai museum, tapi saya tidak masuk ke museumnya. Saya
malah sibuk lihat souvenir, beli jajanan, dan tentu saja foto-foto.
Selain referensi peta, petunjuk jalan di village juga banyak. Tinggal pilih kita mau ambil jalur yang mana. Sebetulnya desa ini tidak terlalu luas, saya pikir dalam tiga jam bisa kita jelajahi semua. Tapi belum termasuk waktu yang dihabiskan dalam museum dan waktu untuk foto.
Sebagai catatan, saya tiba jam 11.05 dan pulang jam 16.25 sudah termasuk makan siang sekitar 1 jam, dan saya menunggu bis di terminal sejak jam 15, menunggu 1 jam sampai bis datang. Bisnya on time, jam 16.25 jalan. Menurut saya, jadwal yang saya pilih sudah cukup ideal, tidak terlalu lama dan tidak terlalu cepat.
Saya suka sekali dengan toko-tokonya, penampakannya cantik-cantik, padahal gaya kuno alias antik, dan hanya kayu-kayu saja, tapi benar-benar menarik.
Saya beli baso tusuk di warung ini, enak loh...
Foto diatas adalah salah satu museumnya, yang pengunjung bisa masuk melihat kondisi rumah tempo dulu. Belajar budaya.
Yang saya herankan, tidak terlihat tanda-tanda kehidupan di desa ini. Padahal banyak diantara rumah-rumah tersebut masih ditinggali. Tidak terlihat seorang pun yang lalu-lalang di jalanan. Yang ada hanya turis.
Kalaupun kita lihat orang Jepang-nya yang penduduk asli, pasti mereka yang punya toko souvenir. Tidak terlihat juga anak-anak berkeliaran. Bingung saya... kemana penduduknya kalau siang begini...
Banyak sekali warung-warung kecil dan toko souvenir, lihat aja semuanya, mana yang lucu, langsung beli. Jajanan -nya juga, jangan lupa dicicip.
Saya jalan hanya mengikuti naluri saja sebetulnya, lupa juga kalau tadi ambil peta.
Akhirnya saya sampai di suspension bridge, dan baru ingat, ooh iya di blog siapa itu ya, ada foto dia di jembatan ini.. hahaha...
Di ujung jembatan terdapat museum juga, tapi saya tidak merapat ke situ. Hanya sampai jembatan, foto-foto, dan kembali lagi.
Karena sudah menjadi tuntutan alam, kami makan siang di sini juga.
Saya tertarik makan di KEYAKI resto ini karena selain harganya ok, tadi sekitar jam 12an saya lihat antrian panjang, dibanding resto lain. Kemungkinan besar recommended ya...
Dan biasanya sudah terkenal di dunia internet, sehingga menjadi sasaran turis.
Ternyata memang ok.
Di bawah ini foto peta yang saya ambil di bagian informasi di terminal bis.
Mohon maaf, cerita saya diatas tidak menuliskan nama-nama bangunan sama sekali, area atau spotnya, karena - ya itu tadi - saya tidak buka peta, dan tidak memasuki area-area khusus.
Mohon maaf, cerita saya diatas tidak menuliskan nama-nama bangunan sama sekali, area atau spotnya, karena - ya itu tadi - saya tidak buka peta, dan tidak memasuki area-area khusus.
Yang berikut ini jadwal Nouhi bus sekedar referensi.
Setelah selesai makan, kami kembali ke terminal bis, menunggu kedatangan bis kami menuju Kanazawa. Bis menuju Kanazawa saya pilih keberangkatan jam 16.25 waktu setempat. Dari Kanazawa lanjut ke Kyoto.
Rute perjalanan Tokyo - Shirakawa-go - Kyoto :
Kanda Statin - Tokyo Station Yamanote Line -
Tokyo Station - Kanazawa Station - 180 menit, Hokuriku Skz - JPY 14,120 (JR Pass)
Kanazawa Station - Shirakawa-go - 150 menit, Nouhi Bus - JPY 1,850
Shirakawa-go - Kanazawa Station - 150 menit, Nouhi Bus - JPY 1,850
Kanazawa Station - Kyoto Station - 150 menit, Thunderbird Skz - JPY 7,100 (JR Pass)
Tiket shinkanzen saya beli via kantor shinkanzen di Tokyo Station, rute Tokyo - Kanazawa dan Kanazawa - Kyoto. Sharing saya mengenai transport ke/dari Shirakawa-go bisa dibaca di Jilid - 1.
Di Kanazawa Station, saya ambil barang di locker, kemudian menuju platform shinkazen jurusan Kyoto.
Di station petunjuknya jelas dan dilengkapi dengan bahasa Inggris. Sesuai tiket saya, shinkanzen yang saya naiki adalah Thunderbird, keberangkatan jam 18.42. Lihat gambar di atas, platform No. 2.
Gambar di atas petunjuk menuju platform 2, tertulis juga disitu, rute Kyoto, "Take the Thunderbird bound fr Osaka" artinya thunderbird tsb menuju Osaka juga, tapi saya turunnya di Kyoto.
Di sampingnya, papan biru, menjelaskan bahwa gerbong ke 5 - 6 - 7 adalah Non-Reserved seat. Jadi kalau tidak booking di kantor shinkanzen ada kemungkinan bisa duduk di gerbong non-reserved, bisa juga berdiri. Saya pilih booking, saya pikir setelah jalan-jalan, bagusnya duduk manis, biar bisa istirahat. Toh, dengan JR Pass tidak ada bedanya. Di tiket saya tertulis, gerbong 4 kursi 10B.
Ohh iya... makan malam saya di Sukiya Karasuma Shichijo, dalam perjalanan dari Kyoto Station until Backpackers Hostel K's House Kyoto.
Sukiya adalah local chain restaurant, alias waralaba lokal semacam KFC dan Mc Donalds. Btw, Sukiya menyajikan menu pork, for your information.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar