Senin, 02 Oktober 2017

Pinisi Resto, Patengan, Rancabali, Bandung



Kali ini adalah kali kedua saya ke Pinisi Resto, tapi sedikit berbeda, karena hari ini Senin. Sebelumnya saya ke sini di hari Sabtu. Berasa sekali bedanya. Sabtu tentu saja ramai sekali, jauh dibandingkan dengan kunjungan hari Senin.



Menurut saya, tempat ini sudah bagus, tinggal bagaimana perawatannya. Dan tentu saja, bagaimana perkembangan ke depannya supaya selalu ada inovasi yang akan terus mengundang pengunjung. Apalagi ditunjang dengan keindahan Situ Patengan. Mestinya bisa lebih baik dan lebih baik lagi.



Sesuai namanya, pinisi, restonya tentu saja berbentuk kapal.


Untuk memasuki resto, aksesnya berupa jembatan gantung, yang dibatasi jumlah orangnya. Kuatir ambruk pastinya. Bisa juga melalui jalan setapak di samping kapal.





Beginilah suasana di dalam resto. Makanannya berupa siap saji, alias ala-warteg gitulah.




Dari segi rasa, menurut saya sih biasa saja. Sepertinya lebih baik makan di tempat lain dulu sebelum ke sini atau justru sewaktu pulang. Masalahnya sepanjang perjalanan dari Ciwidey sampai Rancabali agak susah juga sih cari resto yang asik. Adanya warung-warung mie instant dan pecel lele, ayam goreng, gitulah... 


Sebetulnya ada juga menu ala-carte, namun saya tidak yakin berapa lama penyajiannya, terutama saat weekend, saat penuh-penuhnya pengunjung




Buat anak-anak muda, lebih memilih duduk di luar, outdoor, karena viewnya cantik.
Tapi yaaa.. daripada tidak duduk, mana aja oke-lah ya....




Suasana weekend, susah mau dapat tempat duduk




ini saya foto di lantai atasnya, dan hari senin ya, sepi pengunjung, foto berasa sedikit "bebas".  hehe....


Dari resto, viewnya memang cantik sekali...


Terlihat penginapannya di bawah, yang dinamai Glamping Lake Side


Jika masih ada waktu, turunlah dari resto, dan berjalanlah ke arah danau. Kalau mau keliling danau, ada perahu-perahu yang disewakan, bisa dimanfaatkan. 
Harganya... ? Belum tanya.. hehe... Maafkeun...


Begitulah penampakannya. Masuk area ini pengunjung wajib bayar dua puluh ribu. Lumayan mahal sih menurut saya. Tapi bagus juga sebagai upaya "filter" untuk mencegah membludaknya pengunjung yang ingin foto-foto disini.



Dalam perjalanan pulang, jangan lupa foto-foto di hamparan pohon teh.


 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar