Senin, 30 April 2018

Pantai Padang Padang, Pecatu, Badung, Bali


Setelah Pura Uluwatu perjalanan berlanjut ke Pantai Padang Padang.

Setiba di sini, sedikit heran, karena nama yang terpampang di pintu masuknya tertulis Pantai Labuan Sait. Hasil tanya kanan-kiri, ternyata benar, kedua nama tersebut dimaksudkan untuk pantai yang sama. 


Dari pintu masuk, pantainya tidak terlihat, dan akses menuju pantainya menarik sekali.. hahaha... semacam gua gitu, lorong menurun, gelap juga, tapi tidak panjang.




Handphone saya tidak mampu mencetak foto yang bagus dengan cahaya minim.
hahaha... Sebetulnya ada tangga lainnya, tapi saya tidak tahu, dari dan ke arah mana.






 
Pantainya ramai. Pengunjung manca negara dan pengunjung domestik campur semua. Kesan saya, pantainya biasa saja. Tapi kalau mau "menangkap" matahari terbenam, disini bolehlah..






Kami tidak banyak beraktifitas disini, hanya berjalan saja menapaki karang, bukan pasir ya.
Susah juga jalannya.
Pakai sepatu atau sendal kok lucu ya diliatnya
Telanjang kaki, eh, sakit kakinya menginjak karang.
Jadi yeaahh.. pelan aja mondar-mandir, tidak jelas. 



Menurut saya, pantai ini biasa saja. Tidak terlalu istimewa. 
Mungkin karena saya kurang eksplore, barangkali yaa... hhhmm...


Harga tiket masuk murah sekali, cuma Rp. 5000 per orang








Menjelang maghrib, kami meninggalkan Pantai Labuan Sait, kembali ke area Kuta. 
Teman-teman perempuan masih perlu belanja lagi. Tas Raisa kata mereka...

Malam nanti kami kembali ke Jakarta dengan pesawat Air Asia.

Dengan demikian berakhirlah cerita saya tentang jalan-jalan ke Bali.

Hari ketiga kami, rutenya adalah sbb :
Pantai Pandawa
Pantai Melasti
Pura Uluwatu
Pantai Padang-Padang
Belanja oleh-oleh di Kuta
Menuju Bandara Ngurah Rai, terbang ke Jakarta



Pantai Melasti, Badung, Bali


Sepertinya saya juga tidak bisa cerita banyak tentang Pantai Melasti.
hahaha...


Coba nih liat kelakuan bocah... ngapa yak..




Masuk ke kawasan sini, tidak ada pintu gerbangnya, tidak ada bayar tiket segala. 



 Penampakan di ujung jalan dengan tebing kapur di kanan-kiri. Sayangnya, posisi matahari sedang tidak pas buat foto, akan lebih  bagus jika tidak ada sisi gelapnya, atau tidak ada bayangan tebing. Sehingga kedua sisi terlihat jelas dan terang.
Mungkin kurang siang ya.. atau sekalian sore, menjelang sunset.


Sebetulnya bagus pantainya, masih bersih, dan bagus buat foto-foto.
Pantainya sepi, warung aja sepertinya ketemu cuma satu.
Pengunjung yang datang bersama kami, semuanya untuk foto pre-wed.




Sedih... kapan saya prewed... hix...





 Itu baru di jalan menuju pantainya ya.
Setelah puas foto-foto di jalan ini, kami menuju pantainya, jalan kaki saja, sedangkan Pak Made "turun" sendiri.




 Turun lagi, duduk di batu-batu karang...
Tajam euy... Susah naro pantat...




 



Liat, tidak ada pengunjung selain kami.
Tadi  gerombolan yang foto prewed masih sibuk di atas.





Begitulah kira-kira, liat foto kami aja yaa... 
tidak ada yang bisa saya ceritakan lebih jauh soalnya. hehe... 


 Sebetulnya saya ingin foto-foto lagi di sini, tapi sepertinya tidak ada yang mendukung saya. 
Mobil bergerak meninggalkan kawasan pantai.
Saya lihat spotnya bagus, tapi tidak ada yang minta berhenti buat foto. 
Lah masa saya mau foto sendiri... 
Sedih juga...
Tapi maklum juga sih, di luar panas sekali, matahari luar biasa ganas

Lagi-lagi mendekati arah keluar, ada "team" prewed yang lain.  

Next stop kami adalah Pura Uluwatu 





Pantai Pandawa, Badung, Bali

  


Pagi ini kami sarapan di hotel, yaitu J Hotel,  Kuta.  
Semalam sebelum "tutup buku" kami sudah membuat kesepakatan dengan Pak Made, tapi Pak Made-nya beda dengan Pak Made yang di Nusa Penida ya, hehe... kami dijemput jam 9 pagi. 

Tujuan pertama adalah Pantai Pandawa,  di daerah Uluwatu. 


Tepat waktu,  Pak Made sudah standby di parkiran

Selama di Bali,  kami sewa mobil Isuzu ELF untuk moda transportasinya. Dengan kapasitas 12 orang.  Karena kami rombongan 10 orang.  Daripada pakai dua mobil,  lebih asik sewa ELF. memang lebih mahal, tapi beda sedikit sajalah, menurut saya sih lebih nyaman. Sedangkan di Nusa Penida kami tetap sewa dua mobil. Sepertinya di Nusa Penida belum ada sewa ELF. 



Dari Kuta ke Pantai Pandawa tidak jauh,  kira-kira 40 menit saja. 



memasuki area Pantai Pandawa, terlihat bahwa pantai ini sudah dikelola. Pintu gerbang yang manis dan jalan yang lebar dengan aspal mulus, itu tanda-tandanya.  




Turun dari mobil, kami langsung foto di penanda "Pantai Pandawa" kemudian kami berjalan saja di sekitaran sini, foto-foto depan banyak patung yang dipasang di dalam tebing. Menarik.






 Setelah itu, Pak Made membawa kami "turun" mendekati pantai. Area parkir cukup luas, dan di sekitarnya sudah banyak pedagang makanan. Makanan ringan sampai berat. Kami hanya membeli es jeruk peras. Lumayan seger. 



Karena matahari sangat terik, saya sebentar saja di pantainya. 



Dan karena ramai, saya agak malas mau eksplore, mau foto-foto. 
Banyak rombongan anak-anak sekolah, berisik juga.


Maaf, saya tidak bisa cerita banyak jadinya



Dengan habisnya es jeruk, kami segera angkat kaki.
Kami menuju Pantai Melasti, masih di sekitar Uluwatu juga







.

Pura Uluwatu, Pecatu, Badung, Bali


Tempat yang menarik, indah, sakral, panas, sejuk, dsb...


Melihat ke bawah di sisi tebing, terasa sekali betapa ganasnya deburan ombak laut di sana.

 


Lagi-lagi karena cuaca yang tidak bersahabat, karena begitu teriknya, saya kurang bisa menikmati. 


Kalau lihat foto-foto di google, sepertinya saat sunset adalah saat yang tepat untuk kesini. 


Aktifitas para turis di sini
 







Sesaat setelah melewati pintu gerbang, kita disambut taman yang cantik dan teduh.


 Namun hati-hati dengan monyet. Mereka suka dengan benda-benda yang menurut mereka aneh... mungkin ya.. hehehe...


 Seekor monyet, tiba-tiba memeluk kaki - betis seorang turis China. Monyet itu menarik paksa asesoris bling-bling di sandal si turis. Setelah berhasil mendapatkan benda bling-bling itu, si monyet pergi.


Teman saya juga hampir menjadi "korban". Sedang santai berjalan, tiba-tiba seekor monyet "menyambar" teh botol dia. Teman saya kebetulan melihat pergerakan si monyet, dengan sigap, teman saya langsung peluk itu botol teh. Monyet pergi.


Ini pintu puranya. Saya tidak shot bagian dalamnya.


 Beginilah kami,




 Yang pakai payung, takut gosong...

Karena tidak tahan dengan panas, kami cuma sebentar disini, kemudian kami menuju Pantai Padang Padang.
   

Tapi mampir dulu di warung Bejana, makan siang kita.
Ternyata warung ini, tidak sesuai dengan dompet kami, rasa juga biasa saja.
Dan karena warung menghadap ke barat, warung menerima sinar matahari langsung. Gerahnya luar biasa.
 

Kebetulan karena lokasinya di perempatan jalan, dan kami sedang kena lampu merah, langsung saja kami belok.
 Menurut saya, lebih baik cari warung yang lain, warung ini oke kalau buat "tampilan" di sosmed.