Jumat, 01 Desember 2017

One day in Yonezawa, Yamagata, Japan


Yonezawa akan selalu ada di hati saya. Bukan karena alasan romantis ya... Tapi karena mantan boss saya berasal dari kota ini. Namun, sayang sekali,  beliau meninggal awal tahun 2017, sedangkan saya baru bisa ke Jepang pada November 2017. Itupun karena tugas kantor. 



Jadi kedatangan saya pertama ke Jepang justru hanya bertemu dengan istri beliau saja. Karena saya juga mengenal baik istrinya, makanya saya bersyukur sekali masih diberi kesempatan bertemu istrinya dalam keadaan sehat.  Mereka sudah seperti orang tua sendiri. 


 
 Perjalanan saya dimulai dari Osaki station menuju Tokyo Station dengan Yamanote line. Saya menginap di Otani Inn, dekat Osaki Station. Dari Tokyo naik shinkansen Tsubasa tujuan Yamagata dan saya turun di Yonezawa. Biayanya JPY 10,050 one way,  atau JPY 20,300 return, setara Rp. 2.7 juta
 
contoh tiket Shinkansen Yonezawa - Tokyo


Bu Saito menjemput saya di Yonezawa station bersama adik perempuan dan suaminya. Dari stasiun kami makan siang di warung soba Imai.




Makannya soba dingin..  Hahaha..  Padahal suhu di luar dua derajat celcius, dan hasrat hati makan yang berkuah panas.  Apa daya Bu Saito "memaksa" saya makan soba dingun.  Enak sekali, begitu katanya. 



Setelah makan, kami menuju ke cemetery, tempat abu jenazah Pak Saito disimpan. Karena saya tidak tahan cuaca dingin, kami hanya berfoto dan berdoa sejenak kemudian kami bergegas kembali ke mobil dan melaju ke Uesugi Jinja. 


Rupa-rupanya shrine ini berada di pusat kota, atau semacam alun-alun begitu. Shrine-nya cukup besar untuk ukuran Yonezawa. Pengunjungnya juga tidak banyak. Apalagi kota ini juga bukan kota yang sibuk. 


Uesugi Shrine







Setelah Bu Saito menjalankan ritualnya,  kami menuju toko souvenir di dekat situ, Uesugi Joshien. Besar malah tokonya. Ada cafenya juga. Belanja dan minum kopi sebentar selanjutnya kami pulang ke rumah keluarga Saito.



ini penampakan "alun-alun"nya


Petunjuk arah di depan alun alun
 

 Saya hanya seharian di sini. Perjalanan pulang pergi total lima jam dan menghabiskan waktu bersama Bu Saito hanya sekitar empat jam, lalu saya kembali ke Tokyo.

Matta Aimashou Bu Saito. Jika Tuhan melimpahkan berkatnya lagi kepada saya, saya pasti akan kembali ke Yonezawa. Saya mengerti, betapa tidak enak tinggal di rumah seorang diri. Namun saya berdoa semoga Bu Saito selalu berbahagia dikelilingi oleh saudara, ipar dan keponakannya.  God bless you always...


Tidak ada komentar:

Posting Komentar