Sabtu, 02 Desember 2017

Tokyo Station, Taito, Japan


From 7am to 7pm, what to do in Tokyo, jilid - 1

Hari ini adalah hari terakhir saya di Jepang, sejak tanggal 28 November 2017 pagi tiba di Haneda Airport sampai tanggal 2 Desember 2017 malam terbang lagi ke Jakarta. Tapi tolong dicatat, bukan selama itu saya berlibur di Jepang. Tanggal 28 Nov sampai 30 Nov acara saya adalah berkunjung ke Shinagawa untuk menghadiri "annual meeting" yang diselenggarakan oleh kantor pusat dan dihadiri oleh anak-anak perusahaan dari beberapa negara. Kemudian berkunjung juga ke pabrik di daerah Ishioka. 


Stasiun Ishioka


srhodia
Ishioka Plant


srhodia
Mejeng depan head office di Shinagawa

Tanggal 1 Des dan 2 Des adalah hari merdeka saya, yang seharusnya pulang ke Jakarta, saya minta extend sebagai free-time. Tepatnya tanggal 1 Des seharian dari jam 8 pagi sampai jam 3 sore di Yamagata, mengunjungi mantan bos saya dan  tanggal 2 Des seharian juga sampai jam 7 malam jalan-jalan di Tokyo.

Nah, sekarang saya akan ceritakan apa acara saya dari jam 7 pagi sampai jam 7 malam di Tokyo.
Begini ceritanya, sehabis sarapan di hotel New Otani Inn, Osaki,
** saya menuju ke Imperial Palace 
** kemudian dilanjut ke Ueno Park, 
** makan siang di Ichiran Ramen Asakusa 
** sekalian nengok Asakusa temple 
** dan sejenak mlipir di Sumida River. 
** Terakhir ke Roppongi Hills. 
Itu aja sih.

New Otani Inn Hotel

Karena di Tokyo hanya sehari, saya tidak beli paket tiket "ini pass" atau "itu pass", saya beli tiket kereta secara manual  di vending machine, serta tetap mengandalkan mulut untuk bertanya, tidak perlu harus bisa berbahasa Jepang, cukup sebutkan tujuan, sambil tunjuk, ke kanan, ke kiri, dsb. Pada umumnya petugas di stasiun minim English, tapi kalau sekedar up (lantai atas) atau down atau left atau right, masih bisalah.. Hanya saja, dengan dialek Jepang, biasanya right terdengar "rait-to" dan left terdengar seperti "lef-to"


Sebenarnya ada 24 hour Tokyo Metro Pass, berlaku untuk semua Tokyo Metro Subway, tapi karena perjalanan saya tidak banyak, maka pass senilai JPY 800 ini tidak akan paid-off, alias tidak balik modal. Keuntungannya cuma kita tidak perlu antri. Namun karena saya pergi dan pulang menghindari rush-hour, jadinya saya tidak mengalami proses "harus antri panjang" 

Info mengenai tokyometro 24 hours pass
atau  pass yang berlaku untuk Tokyo Metro Subway dan Toei Subway yang difasilitasi dengan discount di beberapa tourist destination namanya Chikatoku

Dan untuk alasan kepraktisan, Osaki-Tokyo-Ueno baiknya menumpang Yamanote line. Memang bisa naik subway, tapi harus pindah kereta, agak repot-lah.



Dari New Otani  Inn,  yang bersebelahan dengan stasiun Osaki saya naik Yamanote Line  menuju Tokyo station. Ini lokasi New Otani Inn Hotel, Tokyo  
Biaya Osaki - Tokyo JPY 170. Turun kereta, tengok kanan tengok kiri, baca rambu, akhirnya ketemu tulisan Imperial Palace


srhodia


Saya ambil underground exit, ada dua akses sebetulnya, jalur lurus, dan jalur ke bawah, karena masih pagi, jalur lurus belum dibuka, sehingga saya ambil jalur ke bawah via eskalator pendek, yang ternyata merupakan gallery seni, okelah untuk sekedar liat-liat, saya kurang paham seni lukisan juga sih.. 




Underpass ini menghubungkan Marunouchi Building dan Marunouchi-Shin Building.
Kalau mau tahu lebih banyak silahkan baca Tokyo Marunouchi


srhodia





Ketika keluar stasiun, terlihat juga pintu stasiun subway,  yaitu stasiun Otemachi untuk jalur Miita line milik Toei Subway dan stasiun Nijubashimae untuk jalur Chiyoda Line milik Tokyo Metro subway. Sedangkan saya tadi naik JR Yamanote Line, jadi stasiunnya adalah JR Tokyo Marunouchi Station.


srhodia





Cantik sekali pemandangan kota sebelum menuju istana, apalagi hari masih pagi, sabtu pula, jadi hampir tidak terlihat mahkluk hidup seliweran. 

pemandangan menuju Imperial Palace



Dari pintu stasiun jalan kaki kira-kira sepuluh menit saya sudah sampai di Imperial Palace. Hanya terlihat penjaga dan pengunjung sedang antri di depan loket.

srhodia

Kesalahan saya adalah saya tidak check jam operasional Imperial Palace, dan sayang sekali sudah berangkat pagi banget dari hotel, ternyata istana belum buka. Informasi lengkap bisa dibaca di link Japan Guide/Imperial Palace.


Saran saya, selalu check dulu jam operasional. Jika ingin explore dari pagi, maka yang bisa dikunjungi adalah taman-taman yang pada umumnya buka 24 jam atau jam buka lebih pagi. 




Akhirnya saya hanya bisa foto dari luar istana.
Kemudian saya berjalan ke arah gate yang lain, sekedar ingin tahu. Karena semua gate pasti belum buka juga.

Oh iya, saya jalan-jalan sendirian saja loh, asik juga jadi solo traveller, cuma agak repot di urusan foto aja. Kali ini saya juga tidak bawa tongsis, karena setahu saya, orang Jepang "kurang suka" dengan turis-turis dengan tongsis. 
Tapi kenyataannya banyak juga yang bawa tongsis, kebanyakan turis China dan turis Indonesia... hahaha.. ketauan dari ngomongnya kan. Memang kadang-kadang kelakuan mereka yang bawa tongsis sedikit menjengkelkan, jadi wajar kalau orang Jepang agak alergi sama tongsis. hehe.. yang penting tetap beretika ya sodara-sodara...


srhodia

  Dari situ saya kembali ke Tokyo station, sempat tanya ke seorang satpam arah ke Tokyo Station, sekedar untuk memastikan, karena saya bermaksud ambil jalur yang berbeda. Saya ingin berfoto di depan gedung merah stasiun Tokyo yang bergaya kolonial.


srhodia

Setelah foto-foto di luar, saya bergegas masuk ke stasiun, target berikutnya Ueno Park di Ueno station.


Pintu stasiun ini, Marunouchi Central, tidak melewati gallery seni yang di underground.

srhodia
dari arah dalam begini signboard ke Marunouchi Central Exit

Sebetulnya secara tidak sengaja saya lihat foto stasiun Tokyo ini, cantik kan, apalagi bangunannya yang kolonial,  jadi saya "sedikit" paksakan harus foto disini. Sepertinya aneh gitu, di Jepang kok ada bangunan bergaya Eropa. Mengingatkan saya pada gedung sekolah SMA saya di Malang...

 srhodia



Tidak ada komentar:

Posting Komentar