Sabtu, 15 Agustus 2015

Candi Borobudur, Jogjakarta


Sebetulnya saya malu juga sih, karena ini adalah kunjungan pertama saya ke Borobudur. Padahal kebanyakan teman saya sudah dua atau tiga kali ke sini.



Menurut cerita teman, kondisi Borobudur sekarang lebih baik dibanding beberapa tahun yang lalu. Pedagang asongan lebih tertata dan lebih baik.  Memang benar, sampai di parkiran ada-lah beberapa pedagang asongan yang mengerumuni namun tidak terlalu mengganggu karena mereka juga tidak terlalu memaksa kita untuk beli.
Memasuki area ticketing lebih rapi lagi, pedagang asongan sudah tidak ada. Sudah ada batasan sampai area mana mereka boleh berdagang.




Selamat Datang ... Sugeng Rawuh...











Setelah membeli tiket masuk kami berjalan menuju area taman candi, kira-kira 100 meter sebelum candi, pengunjung diminta untuk memakai sarung yang disediakan oleh manajemen dan harus dikembalikan di pintu keluar.






Setelah memakai sarung kami bergerak lagi mendekati candi. Luar biasa memang. Tidak terbayangkan bagaimana manusia jaman dahulu bisa membangun candi ini. Yang jelas tanpa teknologi modern dan teknik pembangunan seperti masa sekarang. Tapi saya justru salut, tanpa teknik yang rumit bisa terbangun Borobudur yang demikian megah, artinya teknik yang mereka kuasai lebih mumpuni dibanding manusia jaman sekarang yang cuma bisa memakai program aplikasi di komputer mereka. Ini pandangan saya pribadi yahh.... Hehe






Saya tiba disini jam 9an, masih pagi, jadi pengunjung belum terlalu padat. Itupun sudah susah mau foto tanpa terganggu orang lalu-lalang. Sebetulnya saya ingin sekali tiba disini sebelum matahari terbit. Foto-foto sambil menikmati matahari terbit pasti luar biasa juga sensasinya. Liat foto-foto  sunrise di Borobudur di internet, duh bagus banget, sayang sekali kami kesiangan.


















Setelah puas berfoto-foto kami meninggalkan candi pas saat matahari sedang terik-teriknya. Itu pun baru jam 11an. Jadi tetap bersyukur tiba masih pagi, belum terlalu panas. Sesi foto-foto tidak terlalu menyiksa.

Foto di bawah ini diambil saat saya naik :


Sedangkan foto berikut saya ambil saat menuruni candi :




Perjalanan dari candi menuju pelataran parkir berasa lebih jauh dan lebih lama dibanding waktu yang kami habiskan di area candi.

 Tidak jauh dari pintu keluar, terdapat museum yang dulunya bernama museum rekor Indonesia atau terkenal dengan nama MURI, tapi saya tidak tertarik memasukinya.





Dari sini pengunjung diarahkan melewati jalan setapak yang disediakan untuk para pedagang souvenir dan makanan/minuman. Pengunjung tidak bisa "menghindari" jalan ini, karena sisi kanan dan kiri dipenuhi pedagang, bagusnya masih ada atap, jadi tidak panas. Namun jalanan yang mirip lorong ini serasa "endless" alias tidak berujung. Panjang dan berbelok belok, padahal yang mereka jual semuanya sama.





Kadang-kadang ada "break" sebelum terowongan berikutnya, berupa ruang terbuka, yang pintu keluarnya adalah awal dari terowongan berikutnya.







Akhirnya saya keluar dari lorong itu dan memasuki gedung museum, yang menampilkan kapal pinisi yang mengikuti kejuaraan dunia, meskipun bukan juara pertama, tapi merupakan kapal yang bertahan sampai garis finish.
Lega sekali rasanya saat saya sampai di gedung ini karena sudah cukup lelah dan bosan dengan terowongan yang saya lalui tadi.










Setelah selesai melihat-lihat dan membaca cerita tentang si kapal, kami keluar gedung. Betapa kesalnya saya, keluar gedung, lorong baru menyambut saya lagi. OMG... Mau gimana lagi.
Kira-kira 15 menit berjalan, kami akhirnya sampai di area parkir. Terheran-heran lagi saya saat tiba di area di pintu keluar yang penuh dengan pedagang makanan/minuman dan souvenir. Sepertinya
luasan area pedagang melebihi luasan area candi Borobudur itu sendiri.



Saya pikir pengelola Candi Borobudur dan pemda setempat harus melakukan sesuatu terhadap para pedagang ini. Bagaimana menyalurkan para pedagang ini tanpa mengurangi kenyamanan pengunjung yang bahkan dikuatirkan memberikan nilai minus pada situs yang mendunia ini ?


Kenikmatan dan kekaguman saya atas kemegahan Candi Borobudur mendadak hilang tak berbekas....



1 komentar:

  1. salam kenal pak, kajian dan telaah perjalanan borobudur yang luar biasa,
    semoga di dalam jalan borobudurnya kita bisa berbagi apa apa yang ada di balik struktur dan bangunan borobudur serta nilai rasa yang hadir di dalam diri kita selama dalam ruang matrikulasi candi sandi borobudur ini.

    BalasHapus