Kamis, 15 November 2018

Tentang transport dan penginapan di Jepang


Di bagian ini saya akan bagikan pengalaman saya selama jalan-jalan ke Jepang, berkaitan dengan moda transportasi yaitu kereta, shinkazen, metro dan bis serta penginapan atau hostel dan pernik unik lainnya. Smeoga berguna buat teman-teman sekalian. 

Amplop JR Pass exchange order  

Penukaran JR-Pass, 

Perjalanan saya dimulai dengan penerbangan malam dengan Garuda Airlines dan tiba di Haneda keesokan harinya jam 8.35 pagi.
Setelah melewati imigrasi dan ambil koper, saya menuju kantor JR untuk menukarkan bukti pembelian JR Pass di Indonesia dengan JR Pass yang sesungguhnya. Jadi bukti pembelian JR Pass yang saya terima dari salah satu agen perjalanan itu, meskipun ada tulisan JR Pass, tidak bisa dipakai untuk bepergian. Harus diregistrasi dan diaktifkan terlebih dahulu di JR Counter.

Yang saya beli dari travel agent di Indonesia

Kantor JR-nya sendiri mudah ditemukan, posisinya dekat dengan gate menuju platform Tokyo Monorail. Untuk lebih mudahnya, bertanyalah ke petugas bandara yang ada di dekat anda, tunjukkan saja kertas JR Pass-nya, pasti mereka mengerti, jadi tidak perlu kuatir soal bahasa.


Setelah ditempel tiket hijau, JR Pass bisa dipakai 

Di dalam kantor JR, petugasnya meminta paspor saya dan paspor teman saya, kemudian beliau mencatat sesuatu, dan menempelkan tiket JR ke kertas JR Pass saya. Beliau juga sedikit menjelaskan tentang masa berlaku JR Pass dan pemakaiannya. Setelah selesai, hai, arigatou gozaimashita, thank you and enjoy your trip in Japan. Saya juga berterima kasih, dan meninggalkan kantor JR. Dengan demikian JR Pass sudah siap dipakai. 

Cara pakai JR Pass ditempel di meja kantro JR   

Pemakaiannya tidak bisa di-tap di mesin gate seperti umumnya penumpang yang membawa individual ticket atau yang menggunakan Pasmo atau Suica. Kita harus melewati gate yang "menempel" dengan kantor stasiun, atau bahkan lewat dalam kantor stasiun kalau kantornya model tertutup atau terpisah, kalau di pemberitahuan diatas tertulis : Staff-Attended Gate, artinya pintu yang ada petugasnya.

Mengapa begitu?  Karena kita wajib menunjukkan JR Pass kita, petugas akan memeriksanya dan menentukan apakah kita diijinkan lewat/memasuki stasiun atau tidak.

Setelah mendapat JR Pass kami naik Tokyo Monorail, berikut petunjuknya, lewat Gate 2, transfer at Hamamtsucho Station. Sedangkan Gate 1 menuju Domestic Terminal.



Di Hamatsucho naiklah Yamanote line menuju Tokyo Station, tertulis demikian di foto bawah. 



Situasi di dalam Tokyo monorail.


Mengapa saya membeli JR-Pass..?
Karena saya bepergian dari Tokyo – Kyoto – Osaka – Tokyo lagi, dalam jangka waktu 7 hari. 
JR Pass seharga JPY 29,110 untuk 7 hari, pasti balik modal.

Balik modal ? Maksudnya ? .... jadi apa yang kita bayarkan untuk membeli JR Pass seimbang dengan biaya untuk membeli individual tiket jika kita tidak menggunakan JR Pass.
Pertimbangannya adalah biaya shinkansen Tokyo – Kyoto adalah JPY 13,400, kalau PP berarti JPY 26.800. Atau jika dibandingkan dengan rute Tokyo – Osaka adalah JPY 13,940, kalau PP berarti JPY 27,880
JR Pass nation wide harganya JPY 29,110.

Memang masih ada selisih JPY 2000 - JPY 3000 dari contoh diatas.
Perlu dicatat contoh perhitungan saya belum termasuk perjalanan saya ke Gunung Fuji dan Shirakawago. Belum lagi, perjalanan dengan JR di dalam area Tokyo, di Osaka dan Kyoto juga, yang artinya selisih JPY 2000 - JPY 3000 pasti juga terpakai.

Karena itu, saya usahakan berpindah tempat dengan memanfaatkan kereta JR dan meminimalkan menggunakan subway atau metro dan bus.
Saya juga tidak membeli Pasmo atau Suica card, karena saya lebih banyak pakai JR-Pass dan sangat jarang pakai subway, atau kereta non JR. 
Dan terbukti bahwa dengan JR Pass saya hemat satu juta lebih untuk biaya kereta.

Jika anda memilih multi city flight, Jakarta - Tokyo - Osaka - Jakarta, perhitungan di atas tentunya menjadi tidak berlaku. In my opinion, bandingkan dulu, Jkt- Tyo - Jkt dengan Jkt- Tyo - Osk -Jkt, anda akan berhemat jika selisih biayanya lebih kecil dari biaya kereta Osaka - Tokyo, yaitu JPY 13,940 kira-kira Rp. 1.800.000 an (kurs Rp. 130),
Artinya jika selisih harga tiketnya mencapai Rp. 2juta, kan lebih murah naik kereta kembali ke Tokyo, dan terbang kembali ke jakarta dari Tokyo, tapi dengan catatan tanpa menginap lagi di Tokyo.

Jika terpaksa harus naik subway, maka saya membeli individual ticket, mudah caranya karena ada menu english, dan tidak antri panjang, mesin tiket banyak, dan pada umumnya masyarakat Jepang sudah memakai Suica Pasmo. Turis-turis juga banyak yang pakai  kartu tsb.


Perjalanan saya dengan kereta NON-JR adalah ketika menuju Gunung Fuji,  yaitu dengan Romancecar serta shuttle bus di Kawaguchi-ko. Kemudian bis dari Kawaguchi-ko ke Gotemba Station. Ada juga naik bis pergi pulang ke Shirakawago - Kanazawa.  

Selama di Kyoto transpornya kombinasi bis kota bayar cash dan kereta JR.
Sedangkan di Osaka, ada naik kereta JR ada juga non JR.

Saya pernah ketinggalan kereta, kenapa ketinggalan ? Ketika saya reservasi untuk jam 6 sore, karena suatu hal saya baru tiba di stasiun jam 18.15, saya tidak bisa langsung naik shinkansen berikutnya, saya harus ke kantor shinkansen dan reservasi lagi. Tidak ada tambahan biaya. 
Saya juga pernah ganti jadwal, saya sudah reservasi untuk keberangkatan jam 19.00 tetapi karena saya tiba di stasiun jam 17.45 saya ke kantor shinkansen untuk ganti jadwal keberangkatan jam 18.00. Yang ini juga tidak ada tambahan biaya. Kalau saya tidak pakai JR Pass, saya harus beli tiket pengganti kan.. baik untuk yang ketinggalan atau yang ganti jadwal. Terasa lebih flexible.



Bagaimana cara reservasi shinkansen dengan JR Pass ?

Untuk rute jarak jauh, kita harus reservasi dulu, reservasi tempat duduk. Bangku dalam shinkansen sama seperti bangku kereta luar kota di Indonesia. Tidak ada penumpang berdiri.  Reservasi untuk jam keberangkatan dan tempat duduk harus dilakukan di kantor JR khusus shinkansen. 

Perlu diperhatikan bahwa proses reservasi shinkanzen hanya bisa dilakukan di stasiun-stasiun besar, tidak semua station bisa, jadi sebaiknya check dulu dengan petugas di station. Contoh, saya tinggal dekat Kanda Station, tapi Kanda Station tidak bisa melakukan proses reservasi, shinkanzen dan saya reservasinya di Tokyo Station.


Proses reservasi sangat sederhana dan cepat, datanglah ke kantor shinkansen. Tanyakan ke petugas station letak kantor shinkanzen.  Di dalam kantor, tunjukkan kartu JR Pass dan paspor, sebutkan station keberangkatan dan station tujuan, serta tanggal berapa. Petugas yang fasih berbahasa Inggris akan cek ketersediaan seat dan waktunya (jam keberangkatan dan jam kembali). Nah kita pilih mau naik yang jam berapa. 

Setelah ok, petugas akan memberikan tiket shinkanzen dan membubuhkan stempel di kartu JR Pass. Meskipun tiket yang kita terima adalah tiket untuk mesin, kita tetap harus minta ijin ke petugas stasiun untuk memasuki station  dan harus menunjukkan tiket shinkanzen serta kartu JR. Tiket tersebut penting untuk nomor tempat duduk.

Mengenai JR Pass, bisa dibaca detailnya di web resmi Japan Rail Pass
JR Pass ada yang region (dibatasi area) dan nation-wide. Saya membeli yang nation wide, jadi berlaku dimana saja di seluruh area Jepang. JR Pass semua jenis bisa dibeli di travel agent di Indonesia atau bisa dibeli online di web resmi JR Pass

Web dan aplikasi 
Sebelum berangkat, saya sudah membaca banyak sekali blog, membuka web resmi spot-spot turis, dan banyak mengandalkan websitenya www.japan-guide.comwww.hyperdia.com  dan tentu saja Google Maps. Buat saya yang penting adalah belajar mengenai moda transportasinya. Jadi sebelum hari H,  saya pun sudah tahu dan sudah membuat catatan, untuk menuju suatu spot, saya harus naik apa, bis atau kereta, harus pesan terlebih dahulu atau bisa langsung di tempat. Tentu saja, dalam "studi" itu saya utamakan berkendara dengan kereta milik JR, karena saya sudah membeli JR Pass, kenapa harus beli tiket bis lagi… Kecuali terpaksa, tidak ada moda lain selain bis atau jalur kereta swasta selain JR, ya barulah, pilih itu, dan itu artinya biaya tambahan.

Dari beberapa blog yang saya baca, banyak juga yang tiba di Haneda pagi, kemudian lanjut dengan shinkansen langsung Osaka atau Kyoto, kira-kira perjalanan 2,5 jam. Menurut saya, sayang sekali, saya justru lebih suka pindah kota di malam hari, saat kita sudah lelah, bisa tidur di kereta, dan sudah tidak bisa banyak foto-foto juga kan. Jika tiba pagi, saat siang harinya, menurut saya lebih baik dihabiskan buat explore. Jalan di spot-spot yang dekat dengan penginapan.

Untuk kasus saya,  hari pertama ini, saya justru memilih berkunjung ke Disneysea, bukan Disneyland ya, padahal pengennya sih keduanya, tapi waktu tidak cukup kalau mau sehari full, hanya setengah hari saja cukup, ambil Disneysea dan pertimbangan biaya juga. Karena masing-masing bayar tiket masuk yang berbeda. Maksudnya kalau kita beli tiket Disneysea, tidak otomatis bisa masuk juga ke Disneyland. Jadi tentukan pilihanmu dengan bijak. Udah kaya Pemilu aja.. wkwkwk... Untuk diketahui, di Disneysea saya cuma foto-foto doang... hahaha..


Dari Haneda airport menuju penginapan, saya naik  Tokyo Monorail menuju Tokyo Station, transit di Hamamatsucho, kemudian pindah kereta Yamanote Line dari Tokyo Station menuju Kanda Station. Tokyo Monorail sudah dicover JR Pass.  Yamanote Line juga dicover JR Pass. Saya tinggal di &And Kanda Hostel.


Mengapa saya pilih tinggal di Kanda…?

Karena paling dekat dengan Tokyo Station, hanya 1 stop dan masih berada dalam jalur Yamanote Line. Areanya tidak ramai, not touristy seperti Shinjuku, atau Asakusa, di mana pada umumnya backpackers banyak tinggal. Akses ke beberapa daerah pasti melewati Tokyo Station, dan dari rencana perjalanan saya, akan lebih time and cost effective kalau saya tinggal di Kanda daripada di Shinjuku atau Asakusa.

Kanda Station dilewati jalur JR Yamanote, JR Chuo Line dan subway Metro Ginza, ketiga jalur ini cukup untuk explore Tokyo dan sekitarnya.

Asakusa Station dilewati subway Metro Ginza Line dan Tobu Skytree, kedua jalur itu saja yang perlu untuk turis.

Shinjuku Station dilewati jalur JR Yamanote, JR Chuo Line dan beberapa jalur lain, tapi yang terpenting adalah Romancecar untuk ke Gunung Fuji serta Odyaku Line untuk ke Hakone dan ke Kamakura.

&And Hostel Kanda 
Menurut saya lumayanlah. Sesuai harga. Saya ambil private room, separate bath room. Kamarnya kecil, cocok untuk ukuran body Asia. Toilet dan kamar mandinya bersih. Disediakan sabun, shampoo dan conditioner. Handuk sewa. Ruang publik ada di lantai dasar bersama receptionist dan canteen. Mesin cuci juga ada, tapi bayar 500 yen, dan dioperasikan oleh staff hotel. Jalan kaki 10 menit dari Kanda Station.



Rencana saya, hari ke-dua saya menginap di Nagoya, untuk menuju Shirakawa-go. Ehh, temen saya tidak setuju, mintanya dari Kawaguchi-ko, kembali lagi ke Tokyo. Padahal saya booking &And Hostel cuma sehari dan juga sudah booking hotel di Nagoya. Jadi terpaksa dibatalkan hotel Nagoya-nya. Saya coba book lagi di &And Hostel, ternyata full-booked. Akhirnya saya pilih Olympic Inn Kanda. Jadi, hari pertama &And Hostel, hari kedua di Olympic Inn, dan hari terakhir tiba dari Osaka, kami kembali lagi semalam di &And Hostel. Kalau mau lihat tempat ini bisa cek lokasi &And Hostel Kanda

Olympic Inn
Hotel tua, tapi bersih, private bathroom juga bersih. Lobby buka 24 jam. Lebih dekat dari Kanda Station, tapi lebih mahal dari &And Hostel yang rate-nya seharga  7200 yen per malam sedangkan Olympic Inn seharga 9040 yen per malam. Yang jelas kamar juga lebih luas dan kamar mandi dalam kamar . Di &And Hostel buka koper berdua bisa bikin ribut... hahaha.. Saya tidak sempat melihat restauran di hotel ini, karena saya check in jam 8 malam, dan esok paginya jam 6 sudah check out.
Kalau mau lihat tempat ini bisa cek lokasi Olympic Inn Kanda

Di Kyoto, saya tinggal di Backpackers Hostel K's House Kyoto
Di sini saya book private room dengan sofa, tapi bednya susun dan separate bath room , Jadi kamar berasa luas. Sayangnya di sini, laki perempuan tidak dipisahkan lantai atau area. Berasa tidak nyaman-nya saat mau mandi saja. Karena kamar mandinya berjejer, tapi tidak dipisahkan sesuai gender. Selebihnya ok. Ruang publik dan canteen-nya asik. Mesin cuci juga ada, selantai dengan public area, dan dioperasikan dengan coin seharga 200 yen. 




Ke Kyoto Station 10 menit jalan kaki, tapi hanya 5 menit jalan kaki ke Shicijo Station (bukan JR Station). Karena saya pakai JR, maka saya harus ke Kyoto Station, kalau mau naik kereta. Tourist bus berdekatan dengan pintu Shicijo Station. Di Kyoto lebih mudah naik bis untuk akses ke spot-spot turis.



Di pintu Sichijo Station ada Mc Donald, jam 7 pagi sudah buka.


Di Osaka, saya tinggal di Drop Inn Osaka
Nah, di sini private room-nya pakai tatami, gaya tradisional kamar tidur Jepang. Asik loh.. hehe.. Toilet ada di lantai yang sama. Tapi kamar mandinya beda lantai, jadi mesti naik turun kalau mau mandi.  Canteen-nya luas, di lantai yang sama dengan kamar mandi. Kamar mandi pria dan wanita dipisahkan. Sekitar 10 menit juga jalan kaki ke Fukushima Station.

Di Osaka, saya bisa pakai JR Pass, karena saya naiknya JR Osaka Loop Line. Main ke Universal Studio juga pakai JR Pass, yaitu kereta JR Sakurajima Line.



Kamar yang sebetulnya untuk berempat, saya pakai berdua, biayanya tidak jauh beda dengan penginapan di Tokyo, jadi ok-lah.. 

Saya juga sempat mencoba jasa penitipan koper, pakai Coin Locker.

Di setiap station yang saya singgahi, semuanya ada Coin Locker. Locker ini bisa dioperasikan (buka/tutup dan bayar) dengan coin atau Suica/Pasmo card. 

Yang ini pakai coin. Indikator merah locker terpakai, lampu hijau locker kosong. 
Tertulis JPY 300 - adalah biaya sewa locker kecil. 

Pengunciannya ada yang menggunakan anak kunci namun ada juga yang menggunakan pin atau password yang sudah di print  di tiketnya berupa QR Code. Locker yang kosong akan terlihat anak kunci menggantung di lockernya. Locker tanpa anak kunci indikatornya berupa lampu. Locker yang kosong terlihat menyala lampu hijau di pintu lockernya. Biaya sewa locker tertulis di masing-masing locker sesuai ukurannya. 

Yang penting, jangan lupa lokasi locker yang kita pakai, karena di semua station ada beberapa lokasi coin locker. Waktu saya titip barang di Kanazawa Station, saya pakai locker di lokasi A, saat mau ambil barang, saya hanya sekedar ingat-ingat, "sepertinya di sebelah sini"... Ternyata saya cari barang saya di lokasi C... Jelas sekali... jelas tidak ketemu kopernya... hahaha... 

Locker di lokasi A 

Locker di lokasi C. Perhatikan peta lokasi locker.

Masalahnya di stasiun kecil ada kemungkinan screen menunya masih berbahasa Jepang. Jangan panik, dari gambarnya kita bisa tahu step-stepnya. Kalau mentok, colek aja orang lewat, pasti dibantu, syukur-syukur ada petugas stationnya yaa..

Berikut cara pakai coin locker.
 
Menu utama, pilih English, bisa bayar pakai coin atau IC Card 

Saya tidak pencet menu English hahaha, ini nanya pakai coin atau IC Card  

Saya pilih coin, senilai JPY 700, locker medium.

Langkah 1, masukkan barang, lampu dan indikator kunci berwarna hijau 
  
Setelah diisi, knop kunci dibawah tulisan 2 Lock, ditekan, dia berubah merah, langkah ke-3 pembayaran 

Tulisan besar W-1 adalah nama lokasi locker, ingat-ingat yaa... 


Setelah bayar, mesin akan cetak ticket, simpan baik-baik, karena diperlukan untuk ambil barang nanti.

Mau ambil barang, menunya mirip  

Diminta untuk scan QR Code di tiket. Pintu locker akan terbuka 



Pengalaman yang perlu saya share juga adalah mengenai Luggage Delivery Service.
Hari ke-3 dari Kanda , Tokyo, saya pergi ke Shirakawago dan tidak kembali ke Tokyo tapi langsung menuju Kyoto, bagaimana dengan koper besar saya ?? Tidak mungkin saya tarik-tarik koper naik turun bis dan kereta. Jadilah saya studi tentang jasa pengiriman koper. Salah satu yang saya temukan adalah perusahaan jasa Global Yamato

Kemudian saat check-in di &And Hostel, saya tanyakan ke staffnya, dan mendapat jawaban bahwa mereka tidak ada pelayanan ini. 
Kalau  dibaca di web Yamato, salah satu layanannya adalah dari hotel ke hotel, artinya koper dijemput di hotel kita dan diantar ke hotel tujuan kita. Sepertinya si Yamato tidak bisa jemput di semua area. 
Staff hostel menyarankan untuk cari informasi di convenience store. 

Malam sepulang dari Disneysea, saya check ke Family Mart dekat hostel. Mereka bilang bisa, tapi mereka harus check dulu alamat tujuan. Setelah saya berikan alamat  K's House Backpackers Hostel di Kyoto, mereka bilang bahwa area tersebut tidak ada dalam area jasa kiriman. 

Saya pindah toko, kali ini saya ke Lawson dekat dengan Kanda Station. Akhirnya, Lawson yang bisa mengirim koper saya dari Kanda ke Kyoto, tentu saja koper harus saya bawa ke sini, bukan dijemput.
Sepertinya perusahaan jasa delivery di kedua toko tersebut berbeda, kalau di Indonesia, mungkin satunya pakai PT. Pos Indonesia satunya pakai JNE Kurir Service, sepertinya yaaa... 

Sebelum koper dikirim saya sisakan baju untuk malam (tidur) dan baju untuk ke Shirakawago. Cuma satu tentengan aja. Tentengan ini saya simpan di Coin Locker di Kanda Station, nanti malam harinya sepulang dari Kawaguchiko saya ambil dan dibawa check in ke Olympic Inn.

Pagi hari jam 6 saya sudah check out dari &And Hostel, dan membawa koper saya ke Lawson. Saya isi data di slip pengiriman kemudian bayar. Beres... Saya tinggalkan koper, beranjak ke Kanda Station - menuju Kawaguchiko - malamnya kembali Kanda Station, ambil tentengan di locker - check in di Olympic Inn - dan besok paginya ke Shirakawago - malamnya pulang ke Kyoto. 

Setiba saya di K's House Kyoto, koper saya sudah aman di sana, padahal saya tidak ada info sebelumnya ke K's House bahwa mereka akan mendapat kiriman koper saya dari Kanda, nyatanya koper saya diterima dengan baik, dan disimpan sampai kedatangan saya saat check in. Mengenai biaya kirimnya, tergantung jarak pastinya. Saya bayar 1,590 yen. Untuk waktu delivery, normal saja, dalam sehari akan tiba di tujuan. Pagi ini koper saya bawa ke Lawson, siang dijemput kurir, esok harinya sudah tiba di Kyoto. 

Toilet Jepang.

Nah... yang satu ini juga sedikit bikin pusing buat mereka yang belum pernah ke Jepang, dan soon will be a first timer. Sama seperti saya, saya tidak bisa buang air tanpa basuh air, tissue aja, ga sanggup.. berasa masih kotor. Untungnya toilet di Jepang kebanyakan pakai air untuk bilas, hanya toilet umum di tempat umum, masih ada yang pakai tissue saja. Ada toilet jongkok juga, tapi pasti tanpa air bilas, hanya air guyur alias flush toilet saja. Yang pakai air, bukan pakai gayung dan jet shower yang dipegang tangan itu. Melainkan shower dari bawah, kita tinggal pencet tombol bilas saja.


Ini cara pakai, secara umum berlaku untuk semua jenis kloset
Lihat definisi tombol.

Tombol pengoperasian di dinding kiri.

Tombol pengoperasian di dinding belakang kanan 

Oh iya, sebelum berangkat ke Jepang saya sempatkan buka Youtube dan search Toilet Jepang, nonton videonya bikin pusing malahan. wkwkwk... Tapi yang penting saya dapat pemahaman tentang tombol-tombol, selebihnya berdoa aja, dan belajar sambil pakai.... hehe..

Berikut ini penampakan "remote control" nya, beda-beda bentuk, tapi fungsi sama.



Flush konvensional di belakang, fungsi lain di samping kloset. 

Maaf fotonya blurr.. hehe.. tapi kliatan kan. 

Garis besarnya begini, 
Pencet tombol power atau ON/OFF supaya kloset bersiap diri.
Pencet tombol pink untuk bilas pipis.
 Tombol biru untuk bilas BAB. 
Selesai bilas, pencet tombol STOP warna orange. 
Tombol bergambar nada, adalah untuk menyalakan musik supaya suara pipis atau k**t*t tersamarkan. 
Tombol PLUS dan MINUS adalah untuk memperkuat atau mengurangi tenaga semprot. 



Yang di bawah ini remote control-nya terkesan rumit, tapi sebetulnya sama saja. 
Orang Jepang suka memakai "gambar" untuk mempermudah, perhatikan tiap tombol ada simbol icon-nya


Tombol FLUSH alias siram kloset, ada beberapa macam juga, selain yang konvensional di foto sebelumnya. 




Kalau yang ini sudah ada di Indonesia, buka tempat pembuangan pembalut, pakai sensor tangan. Jangan dibuka paksa yaaa...



Banyak orang bilang toilet Jepang yang futuristic bikin galau. Padahal sejatinya sederhana saja, meskipun banyak tombol pencetan layaknya remote control dan ada bermacam-macam model. 
Kira-kira serupalah dengan handphone, beda merk handphone beda pula model menunya. Merk yang sama, beda tahun, juga beda menu. Begitulah kira-kira. 

Yang paling penting adalah tombol POWER On/Off tombol bilas, bilas pipis, bilas BAB atau bilas belakang, dan tombol guyur atau flush. Itu saja sih, asal paham tombol-tombol utama itu, anda akan selamat. hahaha...

Demikianlah sharing saya mengenai ini-itu di Jepang, semoga bermanfaat.
daaaann...
selamat berlibur, anda sudah siap menjelajah Jepang


Tidak ada komentar:

Posting Komentar